My Family

Jumat, 26 September 2008

Alternatif Pengukuran Ulul Albab

ALTERNATIF PENGUKURAN ULUL ALBAB

(Pendekatan Psikometris dalam mengukur kepribadian Ulul Albab)

Oleh:

Rahmat Aziz, M.Si

Dipublikasikan pada jurnal:

Psikoislamika, Jurnal Psikologi dan Keislaman,

Vol 3, No 1, Januari 2006

A. Latar Belakang Masalah

Universitas Islam Negeri Malang sebagai sebuah perguruan tinggi Islam mengembangkan konsep Ulul Albab yang dalam praktiknya dikembangkan menjadi tiga bentuk perilaku ideal yaitu dzikir, fikir, dan amal. Konsep Ulul Albab tersebut diharapkan bisa memberikan penjelasan tentang filosofi, identitas, arah yang ingin dicapai, budaya, pendekatan yang dikembangkan serta hal lain yang dipandang penting agar perguruan tinggi Islam ini dikenal secara mendalam, baik oleh warganya sendiri maupun pihak lain[1].

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang adalah peserta didik yang diharapkan mampu menjadi sosok manusia Ulul Albab yaitu manusia yang mampu mengedapankan dzikir, fikr, dan amal shaleh. Dalam konteks pendidikan di Universitas Islam Negeri Malang, maka lulusan yang diharapkan terwujud dari para mahasiswa adalah mereka mempunyai empat pilar kekuatan dalam menjalani kehidupanya. Keempat pilar tesebut adalah kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional.

Manusia Ulul Albab adalah manusia yang bertauhid, ia berpandangan bahwa tidak terdapat kekuatan di muka bumi ini selain kekuatan Allah, semua manusia berposisi sama. Jika terdapat seseorang atau sekelompok orang dipandang lebih mulia, maka hal itu disebabkan karena mereka menyandang ilmu, iman dan amal shaleh. Identitas Ulul Albab seperti tersebut diatas diyakini dapat dibentuk melalui proses pendidikan yang dipola sedemikian rupa. Pola pendidikan yang dimaksud harus mampu mengembangkan iklim yang dimungkinkan tumbuh dan berkembangnya dzikir, fikr, dan amal shaleh. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang mengembangkan konsep pendidikan berupa penggabungan antara tradisi pesantren (ma’had) dan tradisi perguruan tinggi. Hal ini didasari anggapan bahwa pesantren telah lama dikenal sebagai wahana yang berhasil melahirkan manusia-manusia yang mengedepankan dzikir, fikr, dan amal shaleh, sedangkan perguruan tinggi dikenal mampu melahirkan manusia fikr, kemudian atas dasar kedua kekuatan itulah akhirnya menimbulkan manusia yang beramal shaleh.

Dalam melaksanakan proses pendidikan, Universitas Islam Negeri Malang sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan alat ukur yang bisa dijadikan acuan dalam menentukan evaluasi, namun dalam kenyataannya saat ini belum ada alat ukur, khususnya alat ukur yang mengungkap kepribadian ulul albab yang bisa dijadikan pedoman dalam pengukurannya karena itu maka diperlukan suatu alat ukur yang bisa memenuhi metodologis. Dari uraian-uraian diatas, maka penulis mengajukan suatu alternatif alat ukur kepribadian ulul albab yang diharapkan mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan seperti diatas.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan alat ukur mengenai kepribadian ulul albab yang memenuhi persyaratan psikometris sehingga bisa dijadikan alternatif dalam mengukur kepribadian ulul albab pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang. Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah adanya tambahan khasanah keilmuan dalam bidang psikologi islami khususnya tentang alat ukur kepribadian, karena salah satu bentuk dari pengembangan psikologi islami adalah dengan mengembangkan alat ukur yang teori-teorinya bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits atau khazanah keilmuan islam. Manfaat praktisnya adalah adanya alat ukur yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam mengukur keberhasilan proses pendidikan di Universitas Islam Negeri dalam membentuk pribadi Ulul Albab.

C. Konsep Dasar Pengembangan Alat ukur

Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari kata personality yang diambil dari bahasa inggris. Akar kata tersebut berasal dari kata latin persona yang berarti topeng, yaitu topeng yang dipakai oleh aktor drama atau sandiwara ketika memainkan perannya.[2] Dalam bahasa arab, istilah kepribadian ekuivalen dengan kata syakhsiyyah. Selain itu dalam bahasa arab juga dikenal istilah huwiyah, dzatiyah, nafsiyah, aniyyah, dan khuluqiyyah. Menurut Mujib[3] istilah diatas meskipun mempunyai kemiripan makna dengan kata syakhsiyyah tapi masing-masing memiliki keunikan makna masing-masing.

Selanjutnya kelima kata diatas bisa dijelaskan sebagai berikut: 1) kata huwiyah berasal dari kata huwa (dia) sehingga maknanya lebih menunjukkan pada al-fardiyah yang dalam istilah psikologi ekuivalen dengan individuality; 2) kata ananiyyah berasal dari kata ana (saya) maknanya sama dengan kata huwiyah, perbedaannya terletak pada penggunaannya. Perbedaan antara kedua kata tersebut adalah kata huwiyah menunjukkan diri sebagai objek sedangkan kata ananiyyah menunjukkan diri sebagai subjek; 3) kata dzatiyyah memiliki arti kecenderungan individu pada dirinya sendiri yang berasal dari substansinya; 4) kata nafsiyyah berasal dari kata nafs nafs yang berarti pribadi; dan 5) kata khuluqiyyah yang diambil dari kata khuluq yang berarti akhlak atau biasa diterjemahkan sebagai karakter, kecenderungan, dan konstitusi moral.

Kata yang paling tepat untuk mengartikan istilah kepribadian (personality) adalah syaksiyyah yang berasal dari kata syakhs yang berarti pribadi. Kata tersebut kemudian diberi ya nisbah sehingga menjadi kata benda buatan (mashdar syina`i) sehingga bentuk lengkapnya menjadi syahksiyyah yang diterjemahkan menjadi kepribadian. Dalam bahasa arab modern kata inilah yang dimaksud dengan kepribadian.

Dalam Istilah psikologi memang ada beberapa kata yang erat kaitannya dengan istilah personality diantaranya adalah kata identity dan individuality. Dalam kamus psikologi yang dikarang oleh Chaplin[4] ditemukan adanya perbedaan makna antara kedua kata tersebut. Kata identity berarti diri atau aku-nya individu. Tegasnya menunjukkan suatu kondisi kesamaan dalam sifat-sifat karakteristik yang pokok, sedangkan kata individuality menunjukkan segala sesuatu yang menunjukkan individu perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain.

Dari uraian diatas, maka bisa dipahami bahwa yang dimaksud dengan kepribadian pada penelitian ini lebih menunjukkan pada satu karakteristik individu baik berupa sifat, sikap, ataupun kecenderungan perilaku tertentu yang mampu menjadi pembeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Dengan demikian, yang dimaksud pribadi Ulul Albab adalah suatu jenis kepribadian yang memiliki karakteristik tertentu .

Istilah Ulul Albab diambil dari bahasa Al-Quran sehingga untuk memahaminya diperlukan kajian terhadap nash-nash yang berbicara tentang Ulul Albab, karena itu agar diperoleh pemahaman yang utuh mengenai istilah tersebut, maka diperlukaan kajian mendalam terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan Ulul Albab, baik dari segi lughawi (bahasa) maupun dari kandungan makna yang dibangun dari pemahaman terhadap pesan, kesan, dan keserasian (munasabah) antara ayat yang satu dengan ayat-ayat sebelumnya.

Mohamad Quraish Shihab seorang ahli tafsir di Indonesia menjelaskan bahwa kata Albab adalah bentuk jamak dari kata lubb yang berarti saripati sesuatu. Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya, maka isi kacang itulah yang disebut dengan lubb. Dengan demikian, Ulul Albab adalah orang-orang yanag memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh kulit atau kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir[5]. Dalam kaitannya dengan Al-Quran surat Ali Imron ayat 190-191, ia menjelaskan bahwa orang yang berdzikir dan berfikir (secara murni) atau merenungkan tentang fenomena alam raya, maka akan dapat sampai pada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah.

Penjelasan lain tentang istilah Ulul Albab bisa dipahami dari uraian Baharudin[6] yang menjelaskan bahwa kata albab berasal dari kata l-b-b yang membentuk kata Allubb yang artinya otak atau fikiran (intelek). Albab disini bukan mengandung arti otak atau fikiran banyak orang, melainkan hanya dimiliki oleh beberapa orang saja. Dengan demikian, Ulul Albab artinya orang yang memiliki otak berlapis-lapis dan sekaligus memiliki perasaan yang peka terhadap sekitarnya. Jika kata tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan istilah cendikiawan maka Ulul Albab bisa diartikan sebagai seorang cendikiawan yang memiliki berbagai kualitas baik dari segi intelektual, emosional, maupun perilaku keseharian.

Menurut Saefudin[7] Ulul Albab adalah pemikir atau intelektual yang memiliki ketajaman analisis terhadap gejala dan proses alamiah dengan metode ilmiah deduktif dan induktif, serta intelektual yang membangun kepribadiannya dengan dzikir dalam keadaan dan situasi apapun, sehingga mampu memanfaatkan gejala, proses, dan sarana alamiah ini untuk kemaslahatan dan kebahagiaan seluruh umat manusia.

Banyak tokoh yang mengemukakan tentang Ulul Albab sekaligus karakteristik yang disandangnya, diantara tokoh tersebut adalah Jalaludin Rahmat seorang cendikiawan muslim yang menyatakan bahwa Ulul Albab adalah intelektual muslim yang tangguh, yang tidak hanya memiliki ketajaman analisis objektif tapi juga subjektif[8]. Selanjutnya ia mengemukakan 5 ciri tanda Ulul Albab yaitu:

1. Bersungguh-sungguh mencari ilmu, termasuk didalamnya kesenangan mensyukuri ni’mat Allah di langit dan di bumi (QS Ali Imron: 190).

2. Mampu memisahkan dan memilih yang baik dari yang jelek, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan tersebut (QS Al-Maidah: 100).

3. Kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, preposisi atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain (Qs Az-Zumar: 18).

4. Bersedia menyampaikan ilmunya pada orang lain untuk memperbaiki keadaan masyarakatnya (QS Ibrahim: 52, Ar-Ra’du: 19-22).

5. Tidak takut kepada siapapun kecuali pada Allah (QS Albaqarah: 197; At-Thalaq: 10).

Sejalan dengan pendapat diatas, Muhaimin[9] yang berdasarkan hasil kajian terhadap istilah “Ulul Albab”, sebagaimana terkandung dalam 16 ayat al-Quran, ditemukan adanya 16 ciri khusus yang selanjutnya diperas ke dalam 5 (lima) ciri utama, yaitu: (1) Selalu sadar akan kehadiran Tuhan disertai dengan kemampuan menggunakan potensi kalbu (dzikir), dan akal (pikir) sehingga sampai pada keyakinan adanya keagungan Allah swt dalam segala ciptaannya; (2) Tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah swt, mampu membedakan dan memilih antara yang baik dan yang jelek; (3) Mementingkan kualitas hidup baik dalam keyakinan, ucapan maupun perbuatan, sabar dan tahan uji; (4) Bersungguh-sungguh dan kritis dalam menggali ilmu pengetahuan; (5) Bersedia menyampaikan ilmunya kepada masyarakat dan terpanggil hatinya untuk ikut memecahkan problem yang dihadapi masyarakat.

Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa sejalan dengan visi misi Universitas Islam Negeri Malang, maka ciri insan Ulul Albab yang pertama dan kedua di atas adalah bertujuan untuk mewujudkan kekokohan akidah dan kedalaman spiritual, sedangkan ciri yang ketiga adalah untuk mewujudkan keagungan akhlak, sementara ciri yang keempat adalah untuk mewujudkan keluasan ilmu, dan ciri kelima adalah untuk mewujudkan kematangan profesional. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa pembentukan pribadi Ulul albab adalah pembentukan mahasiswa yang mempunyai kekokohan akidah, kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional.

Hampir senada dengan pendapat diatas, penulis mengajukan konsep bahwa yang dimaksud dengan pribadi ulul albab adalah orang yang mempunyai empat kriteria utama yaitu kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional. Hal ini berbeda dengan pendapat sebelumnya yang menyebutkan adanya ciri lain yaitu kekohan akidah. Hemat penulis, ciri ini sudah terangkum pada ciri kedalaman spiritual.

Dari uraian-uraian diatas, menurut penulis yang bisa dijadikan sebagai landasan teoritik dalam pengembangan alat ukur mengenai kepribadian ulul albab adalah:

1. Kedalaman spiritual yaitu kemampuan individu dalam memaknai kehidupan dan berperilaku yang didasari dengan adanya semangat spiritual. Kemampuan ini dicirikan dengan adanya kesadaran terhadap kehadiran Allah, kemampuan untuk mengagumi ciptaan Allah, dan adanya rasa takut hanya oleh Allah.

2. Keagungan akhlak yaitu kemampuan individu untuk berperilaku mulia sesuai dengan ajaran Islam sehingga perilaku tersebut menjadi ciri dari kepribadiannya. Kemampuan ini dicirikan dengan adanya kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidup baik berupa keyakinan, lisan, maupun perbuatan, dan kemampuan untuk bersabar dalam menghadapi cobaan, dan kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk.

3. keluasan ilmu yaitu kualitas seseorang yang dicirikan dengan kepintaran dan kecerdikan dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan bidang keahliannya. Kemampuan ini dicirikan dengan sikap bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, kemampuan untuk selalu menggunakan potensi akal fikiran, dan kemampuan untuk selalu menggunakan potensi kalbu (perasaan).

4. kematangan profesional yaitu kemampuan seseorang untuk bekerja dan berperilaku sebagai seorang profesional dibidangnya. Kemampuan ini dicirikan dengan adanya kebiasaan untuk bertindak sesuai dengan ilmu, kesediaan untuk menyampaikan ilmu, kesediaan berperan serta dalam memecahkan masalah umat.

Dari uraian diatas, selanjutnya penulis membuat kisi-kisi yang dijadikan rujukan atau pedoman dalam pembuatan alat ukur tentang kepribadian Ulul Albab.

Tabel 1

Kisi-kisi alat ukur kepribadian ulul albab

NO

VARIABEL

INDIKATOR

1

Kedalaman Spiritual

1. Kesadaran akan kehadiran Allah

2. Kemampuan mengagumi ciptaan Allah

3. Ketakutannya hanya oleh Allah

2

Keagungan Akhlak

1. Berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup

2. Sabar dalam menghadapi cobaan

3. Kemampuan membedakan yang baik & buruk

3

Keluasan Ilmu

1. Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu

2. kemampuan menggunakan potensi akal

3. Kemampuan menggunakan potensi kalbu

4

Kematangan Profesional

1. Bertindak sesuai dengan pengetahuan

2. Bersedia untuk menyampaikan ilmu

3. Berperan serta dalam memecahkan masalah

D. Subjek Penelitian

Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 454 orang yang diambil dari enam fakultas yang ada di lingkungan Universitas Islam Negeri Malang. Keenam fakultas tersebut adalah Fakultas Tarbiyah, Fakultas Sains dan teknologi, Fakultas Humaniora dan Bahasa, Fakultas Syariah, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Ekonomi.

E. Bentuk Alat Ukur

Alat ukur ini berbentuk cerita yang teridiri dari tiga alternatif jawaban berjenjang, dimana sebagai dasar penentuan nilainya jika jawaban mendukung pada pernyataan maka skornya 3, jika jawaban netral diberi skor 2, dan jika jawaban tidak mendukung skornya 1, Untuk mengetahui konsistensi jawaban subjek maka susunan jawaban dilakukan secara acak sehingga subjek tidak mengetahui urutan skor dari jawaban yang diberikan.

Pembuatan cerita dalam item didasarkan pada pendekatan kontekstual artinya item-item yang dibuat diusahakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang memungkinkan dilakukan atau akan dilakukan oleh mahasiswa semester akhir di lingkungan Universitas Islam Negeri Malang. Tujuan yang ingin dicapai dari pendekatan ini adalah agar item-item yang dibuat mampu mengukur tingkat kepribadian ulul albab pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang, walaupun tidak tertutup kemungkinan untuk digunakan pada mahasiswa selain mahasiswa Universitas Islam Negeri bila sebelumnya dilakukan modifikasi terhadap tema-tema item yang dianggap kurang kontekstual.

F. Prosedur Penelitian

Pertama-tama skor-skor butir ungkapan yang diperoleh dari masing-masing subjek penelitian ditabulasikan, kemudian dianalisis korelasi butir ungkapan terhadap butir ungkapan total (yang dikoreksi) untuk mengetahui validitas butir item atau daya diskriminasi setiap butir item dalam skala[10]. Sesudah itu dilakukan seleksi terhadap butir-butir item yang ada. Angka korelasi positif minimal sebesar 0.30 dipilih, sedangkan butir yang tidak mencapai angka tersebut dibuang.

Selanjutnya, peneliti melakukan analisis faktor terhadap butir-butir itrm yang memenuhi bsyarat untuk diuji validitas konstruk atau teoritisnya[11]. Analisis faktor yang digunakan adalah teknik principal componen dan varimax rotation, analisis faktor dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama melibatkan butir-butir item yang memenuhi syarat berdasarkan hasil uji analisis butir koreksi item total, setelah itu dilakukan seleksi dan butir-butir yang memenuhi syarat (memenuhi muatan faktor 0.30 dan positif) diambil dan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dibuang. Tahap kedua, analisis faktor yang melibatkan butir-butir yang memenuhi persyaratan saja. Tujuannya adalah untuk melihat bobot masing-masing komponen terhadap konstruk, selain itu juga untuk melihat pengelompokkan item kedalam konstruk.

G. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur ulul albab ditemukan bahwa dari 48 item 37 item dinyatakan valid karena nilai koefisien alfanya melebihi .30 kecuali item nomor 7 nilai koefisien alfanya .28 tidak dinyatakan gugur karena untuk keseimbangan tiap indikator sedangkan 13 item lainnya dinyatakan gugur karena tidak memenuhi persyaratan diatas. Dari hasil uji reliabilitas ditemukan bahwa angket ini mempunyai tingkat reliabilitas sebesar .8611 artinya angket ini mempunyai tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Hasil selengkapnya tentang uji validitas dan reliabilitas bisa dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 2

Hasil uji validitas dan reliabilitas

VARIABEL

NOMOR

INDIKATOR

JUMLAH ITEM

NOMOR ITEM GUGUR

VALID

GUGUR

Kedalaman Spiritual

1

2

2

1, 4

2

2

2

6, 8

3

4

-

-

Jumlah

8

4

Keagungan Akhlak

1

3

1

16

2

3

1

20

3

3

1

24

Jumlah

9

3

Keluasan Ilmu

1

3

1

28

2

3

1

32

3

3

1

34

Jumlah

9

3

Kematangan Profesional

1

3

1

37

2

2

2

41, 42

3

4

-

-

Jumlah

9

3

Alpha = .8611

Dari hasil analisis faktor dengan menggunakan teknik principal component dan varimax rotation. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa keempat faktor mempunyai sumbangan terhadap konstruk ulul albab sebesar 39.382% artinya masih ada faktor lain yang belum terungkap melalui alat ukur ini. Adapun bobot masing-masing faktor memiliki selengkapnya bisa dilihat dari table dibawah ini:

Tabel 3

Bobot tiap-tiap faktor

NO

Urutan Faktor

Kumulatif % Faktor

1

Faktor 1

19,083

2

Faktor 2

26,369

3

Faktor 3

33.134

4

Faktor 4

39,382

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, maka alat ukur yang dikembangkan sekarang ini mampu mengungkap karakteristik kepribadian ulul albab yaitu suatu karakteristik kepribadian yang dicirikan dengan adanya kemampuan berupa kedalam spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan professional. Walaupun hasil analisis hanya menunjukkan bobot sebesar 39,382 tapi hasil ini merupakan angka yang cukup baik dalam prosedur analisis faktor mengingat penelitian ini masih bersifat pengembangan awal. Bahkan penelitian yang lanjutanpun, tidak akan mungkin mencapai angka 100%.

Selanjutnya, walaupun alat ukur ini dapat menerangkan komponen-komponen seperti yang dimaksud, namun tidak semua butir item yang telah dirancang mampu mengelompok pada komponen-komponen yang telah direncanakan. Misalnya item nomor 14, 15, 19, 23, 26, 27, 36 masuk pada faktor 1, item nomor 21, 29, 30, 31, 39, 45, 46, 47, 48 masuk pada faktor 2, item nomor 9, 10, 11 masuk pada faktor 3, dan item nomor 2, 3, 5, 7, 13, 17, 18, 22, 25 masuk pada faktor 4.

Secara ideal, seharusnya setiap item mampu mengelompok pada komponen yang telah direncanakan, namun pada awal pengembangan suatu alat ukur biasanya hal itu sulit terjadi. Salah satu alasan yang mungkin menjadi penyebabnya adalah adanya kemiripan dari komponen-komponen yang di ukur sehingga kemungkinan terjadinya over-lapping antar item sangat besar .

Menurut Nunanly[12] pada awal pengembangan suatu alat ukur sebenarnya seseorang tidak perlu menggunakan analisis faktor terhadap item-item karena hal tersebut membutuhkan penyusunan butir dan subjek uji coba yang sangat banyak, selain itu adanya kesulitan dalam mengadministrasikan skor karena memerlukan penghitungan yang sangat rumit.

Sebagai penutup, meskipun alat ukur ini memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi, namun ternyata dalam analisis faktor masih ditemukan adanya pengelompokkan item yang tidak pada semestinya. Tapi walaupun demikian, alat ukur ini sudah cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian. Namun, untuk waktu-waktu mendatang perlu dilakukan perbaikan terhadap item-item yang tidak memenuhi syarat.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saefudin, 2000, Pengembangan Skala Psikologis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Baharudin, 2004, UIN Menuju Cita Pembentukan Masyarakat Ulul Albab, (dalam Zainudin, dkk sebagai editor), Memadu Sains & Agama, Malang: UIN Malang Press dan Bayu Media

Chaplin, James. P., 1989, Kamus Lengkap Psikologi (Terjemah Kartini Kartono), Jakarta: Raja Grafindo Persada

Muhaimin, 2003, Penyiapan Ulul Albab, Pendidikan Alternatif masa Depan, el-Hikmah, Jurnal Pendidikan Fakultas Tarbiyah, Vol.1 No.1, 20

Mujib, Abdul, 2006, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: Raja Grapindo Persada

Rahmat, Jalaludin, 1986, Islam Alternatif, Ceramah-ceramah di Kampus, Bandung: Mizan

Saefudin, A.M., dkk, 1987, Desekularisasi Pemikiran, Landasan Islamisasi, Bandung: Mizan

Suprayogo, Imam 2004, Tarbiyah Ulul Albab: Dzikir, Fikr, dan Amal Shaleh, Malang: Universitas Islam Negeri Malang

Suryabrata, Sumadi, 1990, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Rajawali

Sumadi, Suryabrata, 2000, Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Yogyakarta: Andi Offset

Nunaly, J.C, 1981, Psychometric Theory, New York: Mc-Graww-Hill


LAMPIRAN

Bagian 1. Kedalaman Spiritual

1. Anda sedang berenang di pantai. Tiba-tiba ada ombak besar datang menerjang, untung saja ada orang yang menyelamatkan, maka anda akan:

Œ

Menangis dan menyesali diri karena sakit.



Merasa beruntung karena ada orang yang menyelamatkan anda.

Ž

Merasa dekat dengan Allah yang telah menyelamatkan anda.

2. Pada saat itu hujan sangat deras disertai dengan kilat dan petir padahal anda seorang diri sedang berada dijalan menuju ke kampus. Maka anda:

Œ

Merasa kesal karena hujan menghambat aktivitas anda.



Biasa saja, mungkin agak kecewa.

Ž

Berdoa dan merasakan betapa dekatnya dengan sang pencipta.

3. Ketika anda mempunyai masalah yang pelik, anda bangun di malam hari untuk shalat tahajud, maka anda merasa:

Œ

Merasa tenang walaupun tidak merasa dekat dengan pencipta.



Merasa dekat dengan Allah sampai-sampai anda menangis.

Ž

Biasa saja sepertinya tahajud itu tidak berpengaruh apa-apa.

4. Di saat wisuda atas keberhasilan anda dalam mencapai gelar sarjana, maka anda merasa;

Œ

Merasa bangga atas semua usaha yang telah anda lakukan.



Bersyukur atas karunia-Nya.

Ž

Bebas dan menikmati kesuksesan itu dengan bersenang-senang.

5. Saat itu terjadi gejala alam gerhana bulan, dan anda sempat menyaksikan kejadian tersebut secara langsung. Maka anda:

Œ

Merasa kagum sambil bertasbih atas keagungan Allah.



Biasa saja karena hal itu merupakan fenomena alam biasa.

Ž

Mungkin merasa kagum.

6. Pada saat kelas anda berekreasi ke sebuah pantai dan anda menyaksikan keindahan alam berupa tenggelamnya matahari, maka anda:

Œ

Merasa ta`jub.



Tidak akan menikmati keindahan alamnya.

Ž

Merasa biasa saja atau mungkin malah tertarik.

7. Di saat terik panas matahari tiba-tiba turun hujan, setelah itu munculah di langit fenomena alam berupa “pelangi”, melihat fenomena tersebut anda:

Œ

Melakukan kegiatan lain karena kurang tertarik dengan keindahan.



Merasa kagum sambil memuji kebesaran Allah.

Ž

Mungkin merasa kagum, mungkin juga tidak.

8. Di saat sore menjelang pergantian siang ke malam, anda duduk diberanda sambil merenung. Perasaan anda ketika itu:

Œ

Tidak terpengaruh dengan pergantian suasana itu.



Merasa kagum atas perubahan suasana tersebut.

Ž

Mungkin terpengaruh tapi cenderung biasa-biasa saja.

9. Pada suatu malam anda harus berjalan seorang diri melewati pekuburan yang kata orang dianggap “angker”, maka apa yang akan anda lakukan:

Œ

Akan pikir-pikir dulu, sambil menunggu ada orang lain lewat.



Tidak berani lewat karena takut ada makhluk halus menggoda.

Ž

Akan terus berjalan karena tak ada yang ditakuti selain Allah.

10. Setelah anda menyaksikan film horor, anda baru sadar bahwa anda lapar karena belum makan malam, maka anda:

Œ

Mungkin makan walaupun tergesa-gesa karena takut.



Tidak akan makan karena takut ada hantu seperti dalam film.

Ž

Tetap makan, karena tak ada yang harus ditakuti selain Allah.

11. Ketika anda berjalan seorang diri di malam yang gelap gulita, tiba-tiba dari arah samping terdengar suara yang aneh, maka anda:

Œ

Tidak akan berlari dan tetap tenang sambil terus berdzikir.



Mungkin lari mungkin tidak tergantung pada situasi.

Ž

Langsung lari karena takut ada makhluk halus.

12. Tetangga anda mati tertabrak mobil dengan cara mengenaskan, maka pada malam harinya anda tidur di rumah dengan:

Œ

Tidur sendiri saja, kenapa harus takut sama yang sudah mati.



Tidur sendiri walaupun penuh dengan ketakutan.

Ž

Minta di temani keluarga karena takut.

Bagian 2. Keagungan Akhlak

13. Pada semester yang lalu, anda beruntung karena nilai prestasi anda sangat baik, untuk mensyukurinya anda:

Œ

Beberapa hari gak perlu belajar sebagai bentuk memanjakan diri.



Biasa saja karena hidup tidak ditentukan oleh nilai di kelas.

Ž

Belajar lebih giat sehingga mampu mempertahankan prestasi.

14. Seandainya anda telah menjadi seorang sarjana dan telah bekerja tapi tidak sesuai dengan keahlian anda, maka anda akan:

Œ

Merasa kecewa tapi apa daya.



Bekerja seadanya sambil berharap mendapat pekerjaan lain.

Ž

Bekerja keras sambil berusaha meningkatkan kemampuan diri.

15. Ketika anda mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil ternyata anda tidak lulus karena keliru dalam pengisian jawaban, maka anda:

Œ

Menyesali kegagalan tapi akan mencoba ikut tes lagi.



Mengambil hikmah dan pasti ikut tes lagi.

Ž

Marah dan berjanji tidak akan mengikuti tes lagi.

16. Di kelas anda di cap oleh teman anda sebagai orang yang bodoh, karena itu anda akan:

Œ

Marah tapi juga menerima kenyataan tersebut.



Menolak dan membuktikan bahwa mereka itu salah.

Ž

Menerima keadaan itu sebagai kenyataan pahit.

17. Saat itu anda sedang menyebrang jalan, tiba-tiba dari arah berlawanan lewat sebuah mobil dengan kecepatan tinggi, sehingga anda tertabrak dan dirawat di rumah sakit. Maka anda:

Œ

Menerima cobaan yang terjadi, karena selalu ada hikmah.



Marah dan menuntut pengemudi mobil karena kesalahannya.

Ž

Sadar tapi tetap menuntut si pengemudi agar dihukum.

18. Anda dan teman anda pergi untuk berbelanja, ketika mau dibelanjakan ternyata uangnya hilang oleh teman anda, maka anda:

Œ

Menerima dengan sadar dan menganggap itu sebagai cobaan.



Memarahinya dan minta ganti rugi sebesar uang yang hilang.

Ž

Tidak memarahi teman tapi tetap minta ganti rugi setengahnya.

19. Ada teman anda yang kebiasannya menjelek-jelekaan orang lain. Saat itu kebetulan anda yang dijelek-jelekannya, maka anda:

Œ

Marah dan kembali menjelek-jelekan teman anda.



Bersabar dan berusaha berbuat baik kepadanya.

Ž

Diam sambil berdoa semoga Allah memberikan balasan setimpal.

20. Secara tiba-tiba anda dikeroyok oleh segerombolan pemuda, rupanya anda dikira musuh mereka, maka anda;

Œ

Marah dan membalas mereka.



Marah tapi memaafkan mereka sambil tetap bersabar.

Ž

Marah tapi gak akan membalas, biar Allah saja pembalasnya.

21. Andaikan Anda adalah seorang karyawan di perusahaan, dan pimpinan anda melakukan perbuatan yang menyebabkan kerugian masyarakat. Maka anda akan:

Œ

Mengingatkan secara tak langsung sehingga posisi anda aman.



Membiarkan saja karena setiap perbuatan pasti ada balasannya.

Ž

Mengingatkan walaupun kemungkinan dimarahi dan dipecat.

22. Menjelang pembukaan kelulusan tes pegawai negeri sipil, anda diminta seorang pejabat untuk membayar uang dengan jaminan pasti di terima sebagai pegawai, maka anda:

Œ

Ragu-ragu karena kurang pas dengan keyakinan.



Menyanggupi asal ada perjanjian hitam diatas putih.

Ž

Menolak permintaan karena itu perbuatan terlarang.

23. Anda menemukan dompet yang berisi sejumlah uang, dalam dompet itu ada identitas pemiliknya, apa yang akan anda lakukan dengan uang itu?

Œ

Mengembalikan uang tersebut karena itu bukan milik anda.



Menggunakannya tapi akan mengembalikannya nanti.

Ž

Menganggap uang itu sebagai penemuan.

24. Anda tertarik pada satu buku yang ada di perpustakaan tapi buku tersebut tidak bisa dipinjamkan, hanya bisa dibaca di tempat, kebetulan saat itu sedang tidak ada petugas yang jaga, maka anda?

Œ

Hanya membaca karena hanya itu yang diperbolehkan.



Mengambil buku dan akan mengembalikannya kapan-kapan.

Ž

Mengambil buku itu karena mahasiswa juga sebagai pemilik.

Bagian 3. Keluasan Ilmu

25. Ketika anda akan mengikuti perkuliahan, ternyata dosen yang akan mengajar tidak bisa hadir dan dia hanya memberikan tugas yang harus dikerjakan. Apa yang akan anda lakukan:

Œ

Pulang dan mengisi dengan kegiatan yang menyenangkan.



Mengisi kegiatan lain, soal tugas dikerjakan nanti saja.

Ž

Mengerjakan tugas dosen sebagai pengganti perkuliahan.

26. Ketika anda mempelajari soal yang sulit untuk dipahami. Maka untuk mengatasinya anda akan:

Œ

Menyerah dan menganggap bahwa anda memang tidak bisa.



Berusaha menyelesaikan kalau memang tidak bisa, ya sudah.

Ž

berusaha maksimal, sambil bertanya pada orang yang lebih tahu.

27. Ada materi kuliah yang sangat menarik bagi anda, sayangnya dosen yang mengajar materi tersebut tidak menarik, maka anda:

Œ

Tetap kuliah walaupun tidak ikut mendengarkan dosen.



Tetap kuliah karena belajar itu tidak hanya terpaku pada dosen.

Ž

Absen karena malas belajar dengan dosen yang tidak menarik.

28. Ketika anda mau membaca buku yang sangat penting, ternyata buku yang dimaksud sedang di pinjam teman anda, maka anda;

Œ

Membaca buku lain sebagai hiburan pengganti.



Mencari buku tersebut ke teman anda.

Ž

Langsung mengisi kegiatan dengan menonton televisi.

29. Saat itu anda sedang mengikuti kuliah, dan dosen yang mengajar saat itu menurut anda menyampaikan informasi yang kurang tepat. Maka anda:

Œ

Menanyakan penjelasan sambil mengemukakan pendapat anda.



Membiarkan saja karena jika bertanya takut diketawakan.

Ž

Bertanya sekaligus untuk menguji kemampuan dosen.

30. Anda menyaksikan sinetron di televisi yang kadang kala isinya penuh dengan sesuatu yang tidak masuk akal, maka anda:

Œ

Menonton secara seksama sehingga bisa mekritisi.



Menikmati sinetron tersebut apalagi kalau ceritanya menarik.

Ž

Menonton ceritanya walaupun kadang-kadang merasa kesal.

31. Ketika anda diskusi di kelas, ada teman yang selalu menguasai kelas walaupun isi pembicaraannya tidak sesuai dengan materi perkuliahan, maka anda:

Œ

Membiarkan karena anda termasuk seorang pendiam.



Mendebat sambil meluruskan materi perkuliahan.

Ž

Mendebat sambil menyerang teman tersebut karena kesal.

32. Ketika ada orang “pintar” yang mampu membuat orang lain menjadi kaya sementara dirinya sendiri miskin, maka anda:

Œ

Percaya karena bisa jadi orang itu tidak ingin kaya.



Tidak percaya karena hal itu tidak masuk akal.

Ž

Merasa aneh tapi bisa saja itu terjadi.

33. Ketika anda mendengar bahwa di tempat sekitar anda ditemukan seorang bayi menangis yang di buang orangtuanya di tempat sampah, maka anda:

Œ

Marah dan mengutuk perilaku biadab orangtuanya.



Marah tapi bisa memahami, mungkin saja itu adalah anak haram.

Ž

Terharu dan melakukan sesuatu untuk menolong anak tersebut.

34. Di perempatan jalan anda menyaksikan seorang anak jalanan yang sedang meminta-minta uang, maka anda:

Œ

Biasa saja, kadang kasihan tapi kadang juga merasa kesal.



Merasa kesal karena mereka itu diperalat orangtuanya.

Ž

Merasa kasihan karena mereka orang yang tidak beruntung.

35. Anda menyaksikan seorang anak kecil yang sedang menangis karena dipukuli orangtuanya, maka anda:

Œ

Merasa kasihan dan berusaha untuk mengingatkan orangtuanya.



Mungkin kasihan atau mungkin tidak tergantung anaknya.

Ž

Membiarkan karena biar anak yang nakal itu menjadi kapok.

36. Ketika anda mendengar ada suatu tempat yang terkena bencana gempa, maka anda:

Œ

Ikut berusaha membantu korban semampu anda.



Ikut membantu kalau pas korbannya adalah keluarga atau teman.

Ž

Membiarkan karena jauh sehingga tidak mampu menolong.

Bagian 4. Kematangan Profesional

37. Sebagai seorang mahasiswa, ketika masyarakat di sekitar anda meminta untuk memberikan ceramah yang menjadi keahlian anda, maka anda akan:

Œ

Menolak permintaan kecuali anda mendapatkan penghargaan.



Menolak dengan halus sambil mencarikan pengganti anda.

Ž

Menerima permintaan walaupun anda harus belajar dulu.

38. Teman anda bertanya sesuatu yang tidak dipahaminya, sayangnya anda kurang menyukai teman tersebut, maka anda:

Œ

Menerangkan bahwa anda tidak tahu jawaban yang tepat.



Menjawab tapi hanya sedikit.

Ž

Menjawab dengan rinci karena merasa berkewajiban.

39. Setelah anda menjadi seorang sarjana pendidikan, anda kembali ke tempat anda berasal, disana anda diminta untuk mengajar kepada masyarakat, maka anda:

Œ

Mungkin bersedia tergantung menguntungkan atau tidak.



Pasti menerima karena itu merupakan bagian dari penghargaan.

Ž

Tidak bersedia karena anda merasa belum siap.

40. Anda diminta untuk mengajari orang-orang tua yang belum bisa membaca AlQuran, maka anda:

Œ

Mengajar tapi mungkin dengan setengah hati.



Mengajar sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat.

Ž

Malas karena yang diajari hanyalah orang-orang tua.

41. Andaikan anda seorang dosen, ketika mengajar ada mahasiswa yang bertanya dan anda tidak tahu jawabannya yang tepat, maka anda akan:

Œ

Mengatakan tidak tahu sambil menunjukkan orang yang tahu.



Menjawab sekenanya karena gengsi kalau dianggap bodoh.

Ž

Tetap menjawab sambil mengatakan anda sendiri tidak yakin.

42. Teman anda mengira anda pandai memperbaiki komputer padahal sebenarnya anda tidak bisa. Ketika dia minta komputernya diperbaiki maka anda:

Œ

Tidak memperbaiki khawatir rusaknya malah bertambah parah.



Mau memperbaiki, seandainya malah tambah rusak itu resiko.

Ž

Mau memperbaiki, dengan mengatakan; “ini hanya coba-coba”.

43. Ada dua jenis pekerjaan yang harus anda pilih, pertama gajinya besar tapi bukan keahlian anda dan kedua gajinya kecil tapi bidang keahlian anda, maka anda:

Œ

Pilih yang pertama karena kerja itu adalah mencari uang.



Pilih yang kedua, apapun resikonya.

Ž

Bingung Mungkin yang pertama atau mungkin yang kedua.

44. Ada orang yang mengajak anda ikut bisnis yang kelihatannya menguntungkan, tapi anda merasa tidak tahu persis sistem yang digunakannya, maka anda:

Œ

Tetap saja ikut biar dapat untung besar.



Tidak ikut bisnis karena tidak sesuai dengan pengetahuan anda.

Ž

Ikut bisnis tapi dengan modal yang sedikit karena ragu-ragu.

45. Ketika diadakan lomba menulis esay tentang penyelesaian masalah-masalah nasional, maka anda:

Œ

Ikut menulis walau tidak maksimal.



Cuek karena menulis itu tidak dapat menyelesaikan masalah.

Ž

Ikut berpartisipasi menulis sebagai bentuk kepedulian.

46. Tempat di daerah anda kost ada sebuah mesjid yang membutuhkan guru ngaji untuk anak-anak, maka anda:

Œ

Tidak bersedia mengajar tapi berjanji mencarikan guru lain.



Diam saja karena anda sendiri kekurangan waktu.

Ž

Ikut berpartisipasi semampunya walaupun anda juga sibuk.

47. Sebagai seorang mahasiswa, Anda menganggap sistem pendidikan di tempat anda kuliah banyak yang menyimpang dari tujuan pendidikan, maka anda:

Œ

Melakukan tindakan santun, sesuai dengan sikap seorang akademisi.



Menuntut agar pemimpin mengundurkan diri saja.

Ž

Diam saja karena anda merasa bukan aktivis.

48. Sampah di sekitar tempat anda tinggal sudah menumpuk karena tidak ada yang mengambil, maka anda:

Œ

Membersihkan tempat tersebut walaupun harus sendirian.



Meminta orang lain untuk membersihkannya.

Ž

Diam saja karena nanti juga ada yang mengambil.



[1] Imam Suprayogo, 2004, Tarbiyah Ulul Albab: Dzikir, Fikr, dan Amal Shaleh, Malang: Universitas Islam Negeri Malang

[2] Suryabrata, 2000, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Rajawali

[3] Abdul Mujib, 2006, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: Raja Grapindo Persada

[4] James Chaplin, 1989, Dictionary of Psychology (Terjemah Kartini Kartono), Jakarta: Raja Grafindo Persada

[5] Quraisy Syhab, 2000, Membumikan Al-Quran, Bandung, Mizan

[6] Baharudin, 2004, UIN Menuju Cita Pembentukan Masyarakat Ulul Albab, (dalam Zainudin, dkk sebagai editor), Memadu Sains & Agama, Malang: UIN Malang Press dan Bayu Media

[7] Saefudin, 1987, Desekularisasi Pemikiran, Landasan Islamisasi, Bandung: Mizan

[8] Jalaludin Rahmat, 1987, Islam Alternatif, Ceramah-ceramah di Kampus, Bandung: Mizan

[9] Muhaimin, 2003, Penyiapan Ulul Albab, Pendidikan Alternatif masa Depan, el-Hikmah, Jurnal Pendidikan Fakultas Tarbiyah, Vol.1 No.1, 20

[10] Saefudin Azwar, 2000, Penyusunan Skala Psikologis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

11 Suryabrata, Sumadi, 2000, Pengembangan Skala psikologis, Yogyakarta: Pustaka pelajar

[11] Nunanly, 1981, Psychometric Theory, New York: Mc-Graww-Hill