My Family

Kamis, 08 Januari 2009

Creative Personality and Creative Writing

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN KREATIF
DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF


Oleh:
Dr. Rahmat Aziz, M.Si
Retno Mangestuti, M.Si


The aim of research is to study the correlation between carracteristics of creative personality with the skill of creative writing to student of Islamic secondary school in Malang.
The subjects were 48 students. The instrument used were Torrence test of creative thinking, scale of creative attitude, and test of creative writing. The data were analyzed using analysis of regression.
The result show: there’s correlation between carracteristics of creative personality with the skill of creative writing.


A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam bidang bahasa adalah kemampuan menulis. Gerard (1996) membagi kegiatan menulis kedalam dua jenis yaitu menulis akademis (academic writing) dan menulis kreatif (creative writing) yang diartikan sebagai kegiatan menulis untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bentuk imajinatif, spontan dan asli. Percy (1993) berpendapat bahwa menulis kreatif merupakan gagasan ekspresif yang mengalir dari pikiran seseorang ke dalam suatu tulisan.
Selanjutnya, Greene dan Petty (1991) membagi kegiatan menulis karangan pada dua jenis yaitu: pertama menulis praktis yaitu mengarang yang sifatnya faktual, fungsional dan ekspositori, dan kedua menulis kreatif yaitu mengarang yang sifatnya personal dan tidak selamanya mempunyai kegunaan praktis. Suatu karangan dianggap sebagai tulisan kreatif ketika mempunyai ciri orsinil, spontan, dan imaginatif.
Kegiatan menulis kreatif adalah salah satu kegiatan positif yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan. Pentingnya kegiatan menulis kreatif telah dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian. Diantaranya penelitian Post (1994) yang menemukan bahwa para penulis cenderung lebih mampu bertahan dari masalah-masalah mental dibandingkan dengan orang yang tidak biasa menulis.
Temuan ini didukung pendapat Lowe (2006) yang menyatakan bahwa kegiatan menulis kreatif mempunyai unsur terapeutik. Artinya semakin sering seseorang menulis maka semakin sehatlah mental orang tersebut. Hal ini dapat dipahami karena ada proses katarsis yang terjadi pada proses menulis kreatif, sehingga semua beban psikologis baik berupa tekanan, harapan, gagasan dan lain sebagainya mampu terekspresikan dalam bentuk tulisan.
Pentingnya kemampuan menulis kreatif pada siswa ternyata kurang didukung oleh praktik pendidikan yang sekarang sedang berlangsung. Kajian terhadap beberapa penelitian tentang pembelajaran mengarang sebagai salah satu bentuk tulisan kreatif di sekolah telah dilakukan Kumara (2008) yang menyimpulkan bahwa 1) guru kurang kreatif dalam melakukan kontekstualisasi materi pelajaran dalam proses pembelajaran sehingga proses belajar menjadi tidak menarik; 2) guru jarang sekali memberikan kesempatan pada siswa untuk praktik mengarang; 3) minat membaca siswa rendah yang berakibat pada kurangnya wawasan dan sedikitnya perbendaharaan kata sehingga mereka kesulitan ketika harus menuangkan gagasan dalam bentuk tertulis.
Selain faktor pendidikan, karakteristik kepribadian mempengaruhi terhadap kemampuan menulis kreatif seseorang. Penelitian yang dilakukan Pierce (1992) pada 102 siswa menemukan adanya hubungan antara berpikir kreatif dengan kemampuan menulis kreatif. Hal ini didukung pendapat Wingersky, et al (1992) yang menyatakan bahwa sesuatu yang ditulis adalah sesuatu yang dipikir. Artinya ada hubungan yang tak terpisahkan antara kegiatan berpikir dan kegiatan menulis.
Beberapa penelitian tentang karakteristik sikap kreatif telah dilakukan Lopez (2003) yang menemukan bahwa kepercayaan diri sebagai salah satu ciri sikap kreatif berkorelasi dengan kemampuan menulis kreatif sebesar 0,560, demikian juga dengan temuan McCrae (1997) tentang keterbukaan terhadap pengalaman.
Hubungan antara berpikir dan menulis kreatif dapat digambarkan sebagai berikut: pada kegiatan menulis kreatif, siswa akan terlibat dengan penulisan kata, penggunaan tatabahasa, pengungkapan dan pengorganisasian pikiran dan perasaan yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk tulisan. Bahkan dengan sangat tegas Bekurs & Santoli (1999) menyebutkan bahwa menulis kreatif adalah berpikir kreatif karena dalam kegiatan menulis pasti melibatkan pikiran. Bean (1996) menyebutkan bahwa sebelum memulai menulis pasti seseorang dimulai dengan memfokuskan pikirannya, karena itu ia menyebutkan bahwa menulis itu merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan berpikir.
Pada aspek sikap

B. Perumusan Masalah
Masalah yang dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara karakteristik kepribadian kreatif yang terdiri dari sikap dan pikiran kreatif dengan kemampuan menulis kreatif pada siswa?

C. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian, hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kepribadian kreatif dengan kemampuan menulis kreatif. Semakin tinggi karakteristik kepribadian kreatif subjek, semakin tinggi pula kemampuannya dalam menulis kreatif.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara kepribadian kreatif yang terdiri dari aspek sikap dan pikiran kreatif dengan kemampuan menulis kreatif pada siswa sekolah menengah pertama. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan teoritis dengan adanya penambahan khazanah keilmuan dalam bidang psikologi, khususnya tentang kreativitas.

E. Kajian Teori
Rhodes (1961) berdasarkan kajian terhadap 40 definisi tentang kreativitas menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas didefinisikan sebagai pribadi (person), proses (process), produk (product), dan pendorong (press). Pemahaman di atas kemudian dikenal dengan “P Four’s Creativity. Selanjutnya dijelaskan bahwa sebagai process kreativitas berarti kemampuan berpikir untuk membuat kombinasi baru, sebagai product kreativitas diartikan sebagai suatu karya baru, berguna, dan dapat dipahami oleh masyarakat pada waktu tertentu, sebagai person kreativitas berarti ciri-ciri kepribadian non kognitif yang melekat pada orang kreatif, dan sebagai press artinya pengembangan kreativitas itu ditentukan oleh faktor lingkungan baik internal maupun eksternal.
Munandar (1999) menjelaskan keempat P tersebut saling berhubungan antara satu sama lain, pribadi kreatif yang melibat diri dalam proses kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan, akan menghasilkan produk kreatif. Selanjutnya Torrence (1988) menjelaskan hubungan keempat aspek tersebut sebagai berikut: dengan berfokus pada proses kreatif, dapat ditanyakan jenis pribadi bagaimanakah yang akan berhasil dalam proses tersebut? Lingkungan bagaimanakah yang akan memudahkan proses tersebut? dan produk bagaimanakah yang dihasilkan dari proses tersebut?
Salsedo (2006) menjelaskan bahwa pengukuran kreativitas sebagai produk berarti memfokuskan pada hasil kegiatan kreatif, sebagai proses berarti memfokuskan pada bagaimana individu dalam mengekspresikan kreativitasnya, dan sebagai kepribadian berarti memfokuskan pada sikap, minat, motivasi dan faktor-faktor kepribadian lain yang berhubungan dengan kegiatan kreatif.
Karakteristik berpikir kreatif telah dikemukakan Guilford (1967) yang menyebutkan adanya tiga ciri penting yaitu kelancaran, kefleksibelan, dan keaslian. Baru pada tahun-tahun berikutnya, ia menambahkan adanya satu ciri lagi berupa kemampuan mengelaborasi. Untuk mengukur kemampuan-kemampuan tersebut, ia mengembangkan alat ukur yang disebut dengan tes berpikir divergen. Namun, ternyata tes tersebut dianggap hanya mengukur kemampuan subjek untuk kreatif, bukan mengukur kreativitasnya. Banyak ahli yang kemudian mengkritisi dan berusaha memperbaiki tes tersebut, diantaranya adalah Torrence (1981) yang berdasarkan keempat ciri tersebut kemudian mengembangkan test berpikir kreatif (Torrence Test of Creative Thinking) yang mampu mengungkap kelancaran, kefleksibelan, keaslian, dan elaborasi.
Selanjutnya, mengenai istilah sikap kreatif (creative attitude) telah digunakan oleh beberapa ahli seperti Germana (2007), Munandar (1997). Bahkan Schaefer (1971), telah menyusun instrumen pengukuran tentang sikap kreatif. Ada beberapa karakteristik sikap kreatif yang disebutkan oleh para ahli. Sternberg & Lubart (1995) menyebutkan ciri-cirinya sebagai berikut: 1) ketekunan dalam menghadapi tantangan; 2) keberanian untuk menanggung resiko; 3) keinginan untuk berkembang; 4) toleransi terhadap ketaksaan; 5) keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan 6) keteguhan terhadap pendirian.
Pengertian kemampuan menulis kreatif merujuk pada pendapat Greene & Petty (1991) yang mendefinisikan kegiatan menulis kreatif sebagai suatu kegiatan mengarang yang sifatnya personal dan tidak selamanya mempunyai kegunaan praktis. Suatu karangan kreatif dicirikan dengan adanya tiga sifat yaitu orsinil (asli), spontan (langsung), dan imaginatif. Salah satu bentuk dari tulisan kreatif diantaranya adalah cerita pendek yang menurut Burroway (2003) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) memfokuskan pada satu peristiwa; 2) hanya mempunyai satu plot; 3) hanya mempunyai satu setting; 4) terbatas pada sejumlah karakter; dan 5) terbatas pada konteks waktu tertentu.
Hubungan antara kepribadian kreatif baik pada spek kognitif maupun non-kognitif telah dikemukakan oleh Rowe (2005) yang menyatakan bahwa banyak aspek yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kreativitas seseorang, diantaranya adalah faktor kepribadian. Kepribadian kreatif diartikan sebagai karakteristik kepribadian seseorang baik berupa cara berpikir maupun cara bersikap yang menjadi ciri khusus orang-orang kreatif.

F. Metode Penelitian
1. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini beberapa konsep perlu diberikan pengertian definisi operasionalnyanya yaitu:
• Kepribadian kreatif adalah karakteristik individu kreatif baik pada aspek kognitif maupun aspek non-kognitif. Pada penelitian ini aspek kognitif diartikan sebagai kemampuan berpikir kreatif yang diukur dengan menggunakan Torrence test of creative thinking, sedangkan aspek non-kognitif diartikan sebagai sikap kreatif yang diukur dengan skala sikap kreatif yang disusun penulis.
• Kemampuan menulis kreatif yang diukur dengan kemampuan membuat karangan berupa cerita pendek. Penilaian tes ini dilakukan berdasarkan expert judgment. Kriteria tulisan kreatif didasarkan pada tiga kategori produk kreatif yaitu kebaruan (novelty), pemecahan (resolution), dan bentuk (style).

2. Tempat dan Subjek Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah alam MTs Surya Buana yang merupakan salah satu sekolah lanjutan tingkat pertama di kota Malang. Pada awalnya subjek pada penelitian ini berjumlah sebanyak 50 siswa kelas (VII) tujuh yang terbagi pada dua kelas, namun 2 orang tidak disertakan dalam analisis karena datanya tidak lengkap sehingga jumlah subjek yang dianalisis hanya berjumlah 48 orang.

3. Instrumen Pengumpulan Data. Ada tiga jenis data yang diukur dalam penelitian ini, karena itu pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu:
• Kemampuan berpikir kreatif yang diukur dengan tes berpikir kreatif dari Torrence (1999). Ada dua bentuk tes yang dibuat oleh Torrence untuk mengukur kemampuan bepikir kreatif ini yaitu verbal dan figural. Pada penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah tes kreativitas verbal, yang isinya terdiri dari enam sub-tes. Masing-masing sub-tes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif.
• Karakteristik sikap kreatif yang diukur dengan skala psikologis yang disusun penulis berdasarkan teori yang dikembangkan Sternberg dan Lubart (1995). Bentuk skala yang digunakan adalah skala pengukuran model Likert yang jawabannya terdiri dari lima alternatif jawaban. Uji Validitas instrumen dilakukan pada 159 siswa dan dari hasil pengujian terhadap 60 item ditemukan adanya 24 valid dan 26 gugur dengan nilai reliabilitas sebesar @ 0,8375.
• Kemampuan menulis kreatif yang diteliti dalam penelitian ini berupa tes menulis cerita pendek yang dinilai rater berdasarkan kriteria produk kreatif yang dikembangkan Bessemer (2005). Berdasarkan kriteria di atas, dibuat suatu pedoman penilaian tulisan kreatif yang dirating oleh 1) peneliti; 2) guru bahasa Indonesia 3) ahli psikologi dan 4) ahli bahasa. Selanjutnya, hasil pengujian reliabilitas rata-rata rating dari keempat orang rater menunjukkan angka = 0,877 dan estimasi rata-rata reliabilitas seorang rater menunjukkan angka = 0,641.

4. Analisis Data. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kepribadian kreatif dengan kemampuan menulis kreatif. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebaran dan linearitas hubungan. Hasil analisis menyatakan bahwa sebaran datanya adalah normal dan hubungannya adalah linear. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan teknik analisis regresi yang bertujuan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat.

G. Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis tentang hubungan antara kepribadian kreatif dengan kemampuan menulis kreatif menunjukkan nilai R=0,572 dengan koefisien determinan sebesar 0,327 namun setelah dilakukan penyesuaian koefisien korelasinya (R-adjusted) berubah menjadi 0,329. Hal ini berarti bahwa kepribadian kreatif mampu menjadi prediktor bagi tinggi rendahnya kemampuan menulis kreatif sebesar 32,9%.
Selanjutnya, hubungan antara kepribadian kreatif pada aspek berpikir kreatif dengan kemampuan menulis kreatif ditemukan sebesar r=0.558 dengan nilai p=0.000 sedangkan pada aspek sikap kreatif ditemukan hubungan sebesar r=318 dengan nilai p=0,014. Hal ini berarti bahwa pikiran kreatif lebih tinggi korelasinya dengan kemampuan menulis kreatif dibanding dengan sikap kreatif.
Hasil diatas sesuai dengan satu pertanyaan filosofis yang diajukan Forester (Bekurs & Santoli, 1999) berbunyi: bagaimana saya tahu apa yang engkau pikirkan sampai saya lihat apa yang engkau katakan? Jawaban terhadap pertanyaan ini tentu saja memperkuat hubungan antara berpikir dengan menulis, karena tulisan seseorang merupakan ekspresi dari apa yang dipikir dan dirasakannya, bukan merupakan ekspresi dari sikapnya.
Ungkapan yang hampir senada dalam hubungannya antara berpikir dan menulis telah dikemukakan Wingersky, et al (1992) yang menyatakan bahwa sesuatu yang ditulis adalah sesuatu yang dipikir, artinya ada hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara berpikir dan menulis. Hasil penelitian Pierce (1992) pada 102 siswa sekolah dasar menemukan adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis kreatif sebesar 0,319. Ini berarti bahwa berpikir kreatif dapat dijadikan sebagai prediktor bagi tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam menulis kreatif sebesar 10%.
Penelitian Han & Marvin (2002) menemukan bahwa kemampuan berpikir kreatif memberikan sumbangan sebesar 13,6% terhadap performance kreatif yang diukur dengan kemampuan bercerita pada siswa sekolah dasar. Ada kesamaan antara kemampuan bercerita dengan kemampuan menulis kreatif yaitu keduanya sama-sama menggunakan imaginasi untuk mengekspresikannya dan dilakukan secara spontan, jika bercerita diekspresikan secara lisan sedangkan kalau menulis kreatif diungkapkan secara tertulis.
Penelitian lain dilakukan Lee (2004) yang menemukan adanya korelasi antara beberapa sub-tes berpikir kreatif dari Torrence dengan performance creative yang diukur dengan Realistic story telling problems. Menurut Okuda, et al (1991) tes ini dianggap mempunyai validitas prediktif yang tinggi dengan kemampuan menulis kreatif, artinya kalau seseorang mempunyai skor yang tinggi dalam tes Realistic story telling problems maka iapun akan mempunyai skor yang tinggi pula dalam kemampuan menulis kreatif.
Penelitian yang dilakukan dalam bidang organisasi dilakukan Williams (2004) yang menemukan bahwa kemampuan berpikir divergen berkorelasi dengan performance creative yang dinilai rater, khususnya pada aspek novelty. Ia menjelaskan bahwa kemampuan berpikir divergen merupakan aspek yang sangat menentukan dalam proses penciptaan karya kreatif, karena itu ia menyebut berpikir divergen dengan sebutan “kunci” dalam kreativitas.

H. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik kepribadian kreatif dengan kemampuan menulis kreatif. Aspek kepribadian kreatif yang bersifat kognitif yang diukur dengan tes berpikir kreatif lebih berkorelasi dengan kemampuan menulis kreatif dibanding dengan aspek yang bersifat non-kognitif yang diukur dengan skala sikap kreatif.


DAFTAR PUSTAKA
Bean, J. (1998). Engaging Ideas, San Fransisco: Jossey-Bass Publisher
Bekurs, D., & Santoli, S. (1999). Writing is power: critical thinking, creative writing, and portofolio assessment, Bay Minette: Baldwin County High School
Besemer, S.P. (2005). Be creative!, using creative product analysis in gifted education, Creative Learning Today, 13, 4, 1-4
Burroway, J. (2003). Writing Fiction: a Guide to Narrative Craft, New York: Longman
Cramond, B. (1995). The Coincidence of Attention Deficit Hyperactivity Disorder and Creativity, Storrs, CT: The National Research Centre on the Gifted and Talented
Gerrard, P. (1996). Creative Non-fiction: Researching and Crafting, Stories from Real Life, Cincinnati: Story Press
Germana, J. (2007). Knowing and unknowing as cardinal virtues of the creative attitude, The Humanistics Psychologist, 35, 3, 247-251
Greene, H.A & Petty, W.T. (1991). Developing Language Skill In The Elementary School, Needham Heights: Allyn and Bacon, inc
Guilford, J.P. (1967). The Nature of Human Intelligence, New York: McGraw-Hill
Kumara, A. (2008). Dampak kemampuan verbal terhadap kualitas ekspresi tulis, Psikoislamika, 5, 1, 83-91
Lane, M.S., & Klenke, K. (2004). The ambiguity tolerance interface: a modified social cognitive model for leading under uncertainty, Journal of Leadership and Organizational Studies, 10, 3, 69-81
Lopez, N.R. (2003). An Interactional Approach to Investigating Individual Creative Performance, Thesis, The Faculty of Department of Psychology, San Jose State University
Lowe, G. (2006). Health-related Effects of creative and expressive writing, Health Education, 106, 1, 60-70
McCrae, R.R. (1997). Creativity, divergent thinking, and openness to experience. Journal of Personality and Social Psychology. 52, 6, 1258-1265
Munandar, S.C.U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta: Gramedia
Munandar, S.C.U. (1977). Creativity and education, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Okuda, S.M, Runco, M.A, & Berger, D.E. (1991). creativity and the finding and solving of real-world problems, Journal of Psychoeducational Assessment, 9, 45-53
Pierce, C.L. (1992). The relationships of television viewing, reading, and the home environtment to children creativity, creative writing, and writing ability, Dissertation, Austin: The university of Texas
Post, F. (1994). Creativity and psychopathology: a study of 291 world-famous men, The British Journal of Psychiatry, 165, 22-34
Rhodes, M. (1961). An Analysis of Creativity, in: Isaken (editor), Frontiers of Creativity Research, Beyond The Basic, Buffalo, New York: Bearly, Ltd
Rowe, A.J. (2004). Creative Intelligence, Discovering The Innovative Potential in Ourselves and Others, New Jersey: Prentice Hall Inc
Salsedo, J. (2006). Using implicit and explicit theories of creativity to develop a personality measure for assessing creativity, Dissertation, New York: Department of Psychology at Fordham University
Schaefer, C.I. (1971). The Creative Attitude Survey, Jacksonville: Psychologist and Educators Inc
Sternberg, R.J., & Lubart, T.I. (1995). Defying The Crowd, Cultivating Creativity in a Cultural of Conformity, New York: A Division of Simon & Schuster Inc
Torrence, E.P. (1981). Thinking Creatively in Action and Movement, Benselville: Scholastics Testing Service
Torrence, E.P. (1988). The Nature of Creativity as Manifest in its Testing, dalam Sternberg (ed), The Nature of Creativity, New York: Cambridge University Press
Torrence, E.P. (1999). Torrence Test of Creative Thinking, Beaconville: Scholastics Testing Services
Williams, S.D. (2004). Personality, attitude, and leader influences on divergent thinking and creativity in organizations, European Journal of Innovation Management, 7, 3, 187-204