My Family

Selasa, 18 November 2008

Ulul Albab dan Adversity

PENGARUH KEPRIBADIAN ULUL ALBAB
TERHADAP KEMAMPUAN MENGHADAPI TANTANGAN


Oleh:
Rahmat Aziz, M.Si

Dipublikasikan pada jurnal:
El-Qudwah, Jurnal Penelitian dan Pengembangan,
Vol 3, No 1, April 2008


Abstract
The purpose of this study was to study the impact of ulul albab personality on the adversity quotient. The sample was composed of 139 undergraduate of Islamic State University of Malang. The result showed that r=0.182 p=0.045 it means ulul albab personality influence of adversity quotient.

Key word:
Ulul Albab Personality, Adversity Quotient

Latar Belakang Masalah
Setiap orang yang hidup didunia ini pasti selalu punya masalah, baik berupa masalah yang ringan maupun yang berat. Berbagai bentuk masalah seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, mendapat hukuman karena berbuat salah, mengalami kecelakaan, mengidap penyakit yang sulit disembuhkan, menerima perlakuan yang tidak adil dari pihak lain, kehilangan pekerjaan dan sumber nafkah hidup, bubarnya perkawinan, kematian sahabat, dan berbagai musibah lainnya yang mungkin sedang dialami telah membuat banyak orang merasa tidak berdaya.

Berbagai peristiwa tak terelakkan itu, baik yang bersumber dari dalam diri sendiri maupun yang berasal dari lingkungan, sudah pasti menimbulkan stres dan menimbulkan perasaan-perasaan kecewa, cemas, takut, malu, sedih, susah, rendah diri, marah, putus asa, tidak bermakna, dan sejumlah penghayatan-penghayatan tak menyenangkan lainnya. Bahkan mungkin saja peristiwa itu mengembangkan sikap mental dan citra negatif terhadap diri sendiri dan lingkungan. Hal inilah yang akan menimbulkan sejumlah gangguan, penyakit organik dan psikis serta berbagai perilaku menyimpang (Bastaman, 1996).

Setiap orang berbeda-beda dalam mensikapi masalahnya, ada yang gagal dan ada juga yang sukses. Salah satu aspek yang diduga menjadi faktor penyebab kesuksesan dan kegagalannya adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidupnya yang dalam psikologi biasa dikenal dengan sebutan Adversity Quotient. Istilah ini dikembangkan dan dipopulerkan oleh Paul Stoltz pada tahun 1999. Ia menggambarkan bahwa untuk mampu memecahkan masalah yang dihadapi terlebih dulu harus memahami tentang kedudukan masalah itu sendiri. Ia mengembangkan hal tersebut dengan model piramida dimulai dari tangga pertama berupa masalah di masyarakat, pada tangga kedua masalah di tempat kerja, dan pada tangga ketiga masalah pada diri individu. Selanjutnya kemampuan menghadapi tantangan dalam hidup ini merupakan suatu kemampuan yang bisa dipelajari dan dikembangkan melalui pelatihan atau pendidikan, dan sangat dipengaruhi oleh faktor lain termasuk karakteristik kepribadian seseorang. Kemampuan ini ada pada setiap orang termasuk pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang, yang kemudian akan dikaji pada penelitian ini.

Penelitian tentang Adversity Quotient telah banyak dilakukan baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Di luar negeri diantaranya dilakukan oleh Williams (2003) yang menemukan bahwa ada hubungan antara adversity Quotient dengan prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan didalam negeri kkhususnya pada mahasiswa UIN Malang telah dilakukan oleh Mulyadi & Mufita (2006) yang menemukan bahwa tingkat adversity Quotient pada mahasiswa UIN Malang berada pada kategori sedang. Selanjutnya ditemukan bahwa Adversity Quotient mempunyai pengaruh terhadap pengendalian rasa cemas menghadapi dunia kerja sebesar 0,276. Berbeda dengan penelitian diatas, pada penelitian ini adversity quotient dikaji sebagai variabel terikat yang diduga dipengaruhi oleh faktor yang lain. Hal ini didasari anggapan bahwa Adversity Quotient adalah suatu kemampuan yang bisa dikembangkan dan ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan (Stoltz, 2000).

Universitas Islam Negeri malang (UIN) sebagai sebuah perguruan tinggi Islam mengembangkan konsep Ulul Albab yang dalam praktiknya dikembangkan menjadi tiga bentuk perilaku ideal yaitu dzikir, fikr, dan amal. Konsep Ulul Albab tersebut diharapkan bisa memberikan penjelasan tentang filosofi, identitas, arah yang ingin dicapai, budaya, pendekatan yang dikembangkan serta hal lain yang dipandang penting agar perguruan tinggi Islam ini dikenal secara mendalam, baik oleh warganya sendiri maupun pihak lain (Suprayogo: 2004).

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang adalah peserta didik yang diharapkan mampu menjadi sosok manusia Ulul Albab yaitu manusia yang mampu mengedapankan dzikir, fikr, dan amal shaleh. Dalam konteks pendidikan di Universitas Islam Negeri Malang, maka lulusan yang diharapkan terwujud dari para mahasiswa adalah mereka mempunyai empat pilar kekuatan dalam menjalani kehidupanya. Keempat pilar tersebut adalah kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional. Dengan keempat pilar inilah para mahasiswa dibekali untuk mampu menghadapi tantangan dalam hidupnya, baik ketika mereka berstatus sebagai mahasiswa maupun ketika mereka telah menyelesaikan studinya.

Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang diharapkan tampil sebagai calon pemimpin umat dan diharapkan tampil sebagai sosok intelektual yang ulama dan ulama yang intelek dan profesional. Penelitian tentang sosok tersebut telah dilakukan Aziz (2006b) menemukan bahwa tingkat kepribadian ulul albab yang ditandai dengan empat kekuatan tersebut diatas pada mahasiswa UIN Malang berada pada kategori tinggi. Hasil ini menjadi sangat penting untuk dikaji lebih lanjut dengan cara melihat apakah keempat karakteristik kepribadian ulul albab tersebut mempunyai hubungan dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan hidup.

Pertanyaan inilah yang kemudian menjadi alasan bagi penulis untuk meneliti bagaimana pengaruh kepribadian ulul albab terhadap kemampuan menghadapi tantangan pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang. Penelitian ini menjadi sangat penting karena selain mempunyai tingkat originalitas yang tinggi juga mempunyai manfaat yang signifikan khususnya bagi lembaga Universitas Islam Negeri Malang. Dari uraian diatas maka yang dijadikan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kepribadian ulul albab terhadap kemampuan menghadapi tantangan pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang?

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tentang hubungan antara kepribadian ulul albab yang dicirikan dengan kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu dan kematangan profesional dengan kemampuan menghadapi tantangan hidup pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang.

Salah satu manfaat teoritis yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah adanya tambahan khasanah keilmuan dalam bidang psikologi islami, karena salah satu bentuk dari pengembangan psikologi islami adalah dengan membangun teori-teori yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits atau khazanah keilmuan Islam yang kemudian diuji dalam dataran praktis.

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh kepribadian ulul albab terhadap kemampuan menghadapi tantangan, semakin tinggi tingkat kepribadian ulul albab maka semakin tinggi tingkat kemampuan menghadapi tantangan pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang

Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah-pahaman maka dalam penelitian ini perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut:
  1. Kemampuan menghadapi tantangan hidup yaitu kemampuan seseorang untuk mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan hidup. Kemampuan ini dicirikan dengan adanya kemampuan untuk mengendalikan diri, kemampuan menanggung suatu akibat, kemampuan menjangkau kesulitan, dan kemampuan untuk bertahan.
  2. Kepribadian ulul albab adalah karakteristik kepribadian yang dicirikan dengan adanya empat kekuatan yaitu kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional.
Kajian Teori
Istilah kemampuan menghadapi tantangan hidup diambil dari konsep yang dikembangkan oleh Stoltz (2000) dengan sebutan Adversity Quotient. Menurutnya konsep ini bisa terwujud dalam tiga bentuk yaitu 1) sebagai kerangka konseptual baru untuk memahami dan meningkatkan semua aspek keberhasilan; 2) sebagai ukuran bagaimana seseorang merespon kemalangan; dan 3) sebagai perangkat alat untuk memperbaiki respon seseorang terhadap kemalangan. Dengan kata lain Adversity Quotient merupakan suatu kemampuan untuk dapat bertahan dalam menghadapi segala persoalan ataupun kesulitan hidup.

Adversity Quotient seseorang dapat dijadikan ukuran untuk memprediksi kehidupannya pada masa mendatang, karena itu menurut Hari (2001) kemampuan ini mampu memperkirakan seseorang dalam empat hal, yaitu: 1) menyatakan seberapa tegar seseorang dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan; 2) memperkirakan siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang akan gagal; 3) memperkirakan siapa yang dapat maksimal potensinya dan siapa yang tidak; dan 4) memperkirakan siapa yang akan menyerah dan siapa yang akan bertahan.

Selanjutnya Stolzt (2000) membagi tantangan atau kesulitan menjadi tiga tingkatan yaitu kesulitan di masyarakat, kesulitan di tempat kerja, dan kesulitan individual. Ia menggambarkan ketiga kesulitan tersebut dalam suatu piramida artinya tingkat kesulitan di mulai dari puncak menuju ke bawah. Dengan kata lain akumulasi kesulitan dimasyarakat akan berpengaruh pada kesulitan di tempat kerja dan akhirnya berpengaruh juga pada kesulitan individual. Untuk mengatasinya dimulai dari piramida terbalik artinya semua perubahan positif terjadi pada ketiga tingkatnya berawal dari individu dan terus ke atas, mempengaruhi tempat kerja dan kondisi masyarakat.

Adversity Quotient sebagai suatu kemampuan terdiri dari empat dimensi yang disingkat dengan sebutan CORE yaitu dimensi control, origin-ownership, reach, dan endurance (Stoltz: 2000). Penjelasan dari keempat dimensi tersebut adalah:
  1. Control (pengendalian): yaitu sejauhmana seseorang mampu mempengaruhi dan mengendalikan respon individu secara positif terhadap situasi apapun.
  2. Origin-Ownership (asal-usul dan pengakuan), yaitu sejauhmana seseorang menanggung akibat dari suatu situasi tanpa mempermasalahkan penyebabnya. Dimensi asal-usul sangat berkaitan dengan perasaan bersalah sedangkan dimensi pengakuan lebih menitik beratkan kepada “tanggung jawab” yang harus dipikul sebagai akibat dari kesulitan.
  3. Reach (jangkauan) yaitu sejauhmana seseorang membiarkan kesulitan menjangkau bidang lain dalam pekerjaan dan kehidupannya.
  4. Endurance (daya tahan) yaitu seberapa lama seseorang mempersepsikan kesulitan ini akan berlangsung.
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari kata personality yang diambil dari bahasa inggris. Akar kata tersebut berasal dari kata latin persona yang berarti topeng, yaitu topeng yang dipakai oleh aktor drama atau sandiwara ketika memainkan perannya (suryabrata: 1990). Dalam bahasa arab, istilah kepribadian ekuivalen dengan kata syakhsiyyah. Selain itu dalam bahasa arab juga dikenal istilah huwiyah, dzatiyah, nafsiyah, aniyyah, dan khuluqiyyah. Menurut Mujib (2006) istilah diatas meskipun mempunyai kemiripan makna dengan kata syakhsiyyah tapi masing-masing memiliki keunikan makna masing-masing.

Kata yang paling tepat untuk mengartikan istilah kepribadian (personality) adalah syaksiyyah yang berasal dari kata syakhs yang berarti pribadi. Kata tersebut kemudian diberi ya nisbah sehingga menjadi kata benda buatan (mashdar syina`i) sehingga bentuk lengkapnya menjadi syahksiyyah yang diterjemahkan menjadi kepribadian. Dalam bahasa arab modern kata inilah yang dimaksud dengan kepribadian.

Dalam Istilah psikologi memang ada dua kata yang erat kaitannya dengan istilah personality diantaranya adalah kata identity dan individuality. Dalam kamus psikologi yang dikarang oleh Chaplin (1989) ditemukan adanya perbedaan makna antara kedua kata tersebut. Kata identity berarti diri atau aku-nya individu. Tegasnya menunjukkan suatu kondisi kesamaan dalam sifat-sifat karakteristik yang pokok, sedangkan kata individuality menunjukkan segala sesuatu yang menunjukkan individu perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain.

Dari uraian diatas, maka bisa dipahami bahwa yang dimaksud dengan kepribadian pada penelitian ini lebih menunjukkan pada satu karakteristik individu baik berupa sifat, sikap, ataupun kecenderungan perilaku tertentu yang mampu menjadi pembeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Dengan demikian, yang dimaksud pribadi Ulul Albab adalah suatu jenis kepribadian yang memiliki karakteristik tertentu sebagai seorang Ulul Albab. Karakteristik yang dimaksud adalah kedalaman spiritual, keagungan akhlak, kematangan profesional, dan keluasan ilmu.

Istilah Ulul Albab diambil dari bahasa Al-Quran sehingga untuk memahaminya diperlukan kajian terhadap nash-nash yang berbicara tentang Ulul Albab, karena itu agar diperoleh pemahaman yang utuh mengenai istilah tersebut, maka diperlukaan kajian mendalam terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan Ulul Albab, baik dari segi lughawi (bahasa) maupun dari kandungan makna yang dibangun dari pemahaman terhadap pesan, kesan, dan keserasian (munasabah) antara ayat yang satu dengan ayat-ayat sebelumnya.

Shihab (1993) seorang ahli tafsir di Indonesia menjelaskan bahwa kata Albab adalah bentuk jamak dari kata lubb yang berarti saripati sesuatu. Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya, maka isi kacang itulah yang disebut dengan lubb. Dengan demikian, Ulul Albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh kulit atau kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir sebagaimana terungkap dalam Al-Quran Surat Ali Imron ayat 190-191. Dalam kaitannya dengan Al-Quran surat Ali Imron ayat diatas, ia menjelaskan bahwa orang yang berdzikir dan berfikir (secara murni) atau merenungkan tentang fenomena alam raya, maka akan dapat sampai pada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah.

Muhaimin (2003) yang berdasarkan hasil kajian terhadap istilah “Ulul Albab”, sebagaimana terkandung dalam 16 ayat al-Quran, ditemukan adanya 16 ciri khusus yang selanjutnya diperas ke dalam 5 (lima) ciri utama, yaitu: (1) Selalu sadar akan kehadiran Tuhan disertai dengan kemampuan menggunakan potensi kalbu (dzikir), dan akal (pikir) sehingga sampai pada keyakinan adanya keagungan Allah swt dalam segala ciptaannya; (2) Tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah swt, mampu membedakan dan memilih antara yang baik dan yang jelek; (3) Mementingkan kualitas hidup baik dalam keyakinan, ucapan maupun perbuatan, sabar dan tahan uji; (4) Bersungguh-sungguh dan kritis dalam menggali ilmu pengetahuan; (5) Bersedia menyampaikan ilmunya kepada masyarakat dan terpanggil hatinya untuk ikut memecahkan problem yang dihadapi masyarakat.

Keberhasilan hidup bagi penyandang Ulul Albab bukan terletak pada jumlah kekayaan, kekuasaan, sahabat, dan sanjungan yang diperoleh, melainkan terletak pada keselamatan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Penyandang Ulul Albab selalu memilih jenis dan cara kerja yang shaleh artinya mereka bekerja dengan cara yang benar, lurus, ikhlas, dan profesional.

Ulul Albab meyakini adanya kehidupan jasmani dan ruhani, dunia dan akhirat. Kedua dimensi kehidupan tersebut harus memperoleh perhatian yang seimbang dan tidak dibenarkan hanya memprioritaskan salah satunya. Keberuntungan dunia harus berdampak positif pada kehidupan akhirat, demikian juga sebaliknya. Hal ini didasari ajaran Rasulullah yang mengharuskan umat Islam untuk mencari kehidupan dunia seolah-olah akan hidup selamanya, dan mencari kehidupan akhirat seolah-olah kematian sudah di depan mata. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pendidikan harus mampu mengembangkan dzikir, fikr, dan amal shaleh. Menurut Suprayogo (2004) ukuran keberhasilan dari pendidikan Ulul Albab dianggap tercapai ketika pribadi yang terbentuk dalam proses pendidikan memiliki kualitas sebagai berikut: 1) Mempunyai ilmu pengetahuan yang luas; 2) Mempunyai penglihatan yanag tajam; 3) Bercorak cerdas; 4) Berhati lembut; 5) Bersemangat juang tinggi karena Allah sebagai pengejawantahan amal shaleh.

Dari uraian tentang ulul albab diatas, menurut penulis bentuk operasional suatu alat ukur adalah konsep Ulul Albab yang ditandai adanya empat kekuatan yaitu:
  • Kedalaman spiritual yaitu kemampuan individu dalam memaknai kehidupan dan berperilaku yang didasari dengan adanya semangat spiritual. Kemampuan ini dicirikan dengan adanya kesadaran terhadap kehadiran Allah, kemampuan untuk mengagumi ciptaan Allah, rasa takut hanya oleh Allah.
  • Keagungan akhlak yaitu kemampuan individu untuk berperilaku mulia sesuai dengan ajaran Islam sehingga perilaku tersebut menjadi ciri dari kepribadiannya. Kemampuan ini dicirikan dengan adanya kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidup baik berupa keyakinan, lisan, maupun perbuatan, dan kemampuan untuk bersabar dalam menghadapi cobaan, dan kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk.
  • Keluasan ilmu yaitu kualitas seseorang yang dicirikan dengan kepintaran dan kecerdikan dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan bidang keahliannya. Kemampuan ini dicirikan dengan sikap bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, kemampuan untuk selalu menggunakan potensi akal fikiran, dan kemampuan untuk selalu menggunakan potensi kalbu (perasaan).
  • Kematangan profesional yaitu kemampuan seseorang untuk bekerja dan berperilaku sebagai seorang profesional dibidangnya. Kemampuan ini dicirikan dengan adanya kesediaan untuk menyampaikan ilmu, kesediaan berperan serta dalam memecahkan masalah umat, dan kebiasaan untuk bertindak sesuai dengan ilmu.
Selanjutnya, hubungan antara konsep ulul albab dengan adversity Quaotient bisa dipahami dari penjelasan berikut: Konsep ulul albab yang dikembangkan pada mahasiswa UIN Malang berupa empat karakteristik kepribadian diharapkan tumbuh dan berkembang pada mahasiswa dan merupakan bekal bagi mereka dalam menjalani dan menghadapi tantangan dalam hidupnya baik sebagai seorang mahasiswa maupun kelak ketika mereka telah menyelesaikan pendidikannya, sedangkan kemampuan menghadapi tantangan hidup adalah suatu kemampuan yang banyak dipengaruhi oleh faktor lain, baik yang sifatnya eksternal (berada diluar diri mahasiswa yang bersangkautan) maupun yang berasal dari aspek internal yang berupa kualitas kepribadian tertentu, diantaranya adalah empat karakteristik kepribadian ulul albab.

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk pada penelitian korelasional karena bertujuan untuk melihat pengaruh kepribadian ulul albab terhadap kemampuan menghadapi tantangan. Dilihat dari datanya, penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh berupa angka dan analisisnya menekankan pada data-data numerikal yang diolah dengan analisis statistik.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa UIN Malang semester akhir. Jumlah sampel sebanyak 139 mahasiswa yang pengambilan sampelnya dilakukan dengan teknik purposive di tiga fakultas yaitu fakultas sains dan teknologi, fakultas psikologi, dan fakultas humaniora dan bahasa.

Pengambilan data dilakukan dengan dua angket yaitu angket kepribadian ulul albab yang disusun penulis dan angket kemampuan menghadapi tantangan hidup merupakan angket yang dibuat oleh Stolzt (2000) yang telah dimodifikasi oleh Mufita (2004). Untuk angket kepribadian ulul albab terdiri dari 37 item dengan reliabilitas sebesar @0,861. Angket ini telah dipublikasikan oleh Aziz (2006a) dan dikritisi dari sudut pandang Psikometri oleh Ridlo (2006) sedangkan untuk angket kemampuan menghadapi tantangan hidup jumlah item sebanyak 45 item dengan reliabilitas sebesar @0,869 sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua angket yang digunakan telah memenuhi standar metodologis.


Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang kedua variabel diatas, ditemukan bahwa tingkat kepribadian ulul albab pada subjek penelitian berada pada kategori sedang, data ini diperoleh dari 121 orang mahasiswa ada sebanyak 54 orang (44,60%) yang mempunyai kategori sedang, demikian juga dengan tingkat kemampuan menghadapi tantangan bahwa dari 121 orang ada sebanyak 50 orang (41,30%) berada pada ketegori sedang.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan linearitas sebagai uji prasyarat analisis ditemukan bahwa kedua variabel tersebut dinyatakan normal tapi tidak linear, karena itu analisis dilakukan dengan statistik non-parametrik. Dari hasil analisis dengan teknik korelasi rank spearman diperoleh nilai r sebesar 0,182 dengan nilai P sebesar 0,45. Hal ini berarti kepribadian ulul albab berpengaruh terhadap kemampuan menghadapi tantangan pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang.

Temuan lain, berdasarkan analisis varians tentang uji beda kedua variabel ditinjau dari perbedaan jenis kelamin menunjukkan hasil bahwa untuk kepribadian ulul albab nilai F=2,023 dan P=0.157 sedangkan untuk kemampuan menghadapi tantangan nilai F=0,387 dan P=.535, hal in berarti tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kepribadian ulul albab dan kemampuan menghadapi tantangan.

Berbeda dengan hasil diatas, berdasarkan analisis varians tentang uji beda kedua variabel diatas ditinjau dari status aktivitas mahasiswa dalam berorganisasi menunjukkan hasil bahwa untuk kepribadian ulul albab nilai F=5,102 dan P=0.026, sedangkan untuk kemampuan menghadapi tantangan nilai F=0,039 dan P=.843, hal ini berarti tidak ada perbedaan antara aktivis dan non-aktivis dalam hal kemampuan menghadapi tantangan hidup, sedangkan dalam hal kepribadian ulul albab ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara keduanya, dengan perbedaan mean sebesar 78,63 untuk aktivis dan 76,66 untuk non aktivis, artinya aktivis mahasiswa lebih tinggi tingkat kepribadian ulul albabnya dibanding dengan non-aktivis.

Hasil diatas menunjukkan bahwa program pendidikan ulul albab yang dikembangkan UIN Malang diduga akan mampu membekali mahasiswanya untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang akan terjadi, baik pada saat ini ketika mereka bersatatus sebagai mahasiswa maupun nanti ketika mereka sudah menjadi sarjana di bidangnya masing-masing, namun demikian hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat korelasinya yang cenderung tidak terlalu tinggi, hal ini berarti juga bahwa masih ada sesuatu yang harus diperbaiki dari program pendidikan yang dilaksanakan. Secara metodologis, ada beberapa hal yang perlu dicermati sehubungan dengan hasil ini yang mungkin juga menjadi keterbatasan dari penelitian, diantaranya adalah:

  • Penggunaan teknik purposive dalam pengambilan sampel yang memungkinkan terjadinya error sampling. Hal ini bisa dilihat dari nilai P=.045, ini berarti bahwa dari 100 kali penelitian yang sama diduga akan terjadi kesalahan sebanyak 4,5 kali. Secara statistik, angka ini masih bisa ditolerir kesalahannya karena dalam ilmu-ilmu sosial batas kesalahan yang bisa ditolerir hanya sebanyak 0,05 atau dari 100 kali penelitian hanya 5 kali saja boleh terjadi kesalahan.
  • Kurang tepatnya penggunaan angket kemampuan menghadapi tantangan hidup. Angket ini memang mengikuti model yang dikemukakan Stoltz, tapi dalam perumusan item-itemnya diarahkan untuk kesiapan subjek dalam menghadapi persaingan kerja sehingga banyak aspek lain dalam kehidupan yang tidak terungkap dalam angket ini. Selain itu, angket ini tidak dilakukan uji coba kembali sehingga ada kemungkinan adanya item-item yang sudah tidak relevan dengan subjek penelitian.
  • Secara teoritis, penelitian yang menghubungkan antara kepribadian ulul albab dan kemampuan menghadapi tantangan hidup masih belum banyak dilakukan, atau bahkan mungkin baru penelitian inilah yang pertama kali dilakukan, karena itu landasan teoritis yang benar-benar memadai dalam menjelaskan hubungan antara kedua variabel diatas sulit ditemukan.
Dari uraian mengenai hasil penelitian, upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menghadapi tantangan pada mahasiswa, diantaranya adalah dengan meningkatkan dan memaksimalkan proses pendidikan ulul albab karena dengan tingginya tingkat kepribadian ulul albab maka akan tinggi pula kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan.

Salah satu yang saat ini dilakukan untuk mengembangkan kepribadian ulul albab adalah mulai dilaksanakannya program tarbiyatul ulil albab yang diberikan pada seluruh mahasiswa baru. Program ini merupakan mata kuliah 0 SKS yang salah satu tujuan dari program ini adalah menanamkan dasar-dasar pengembangan dan penguasaan ilmu dalam konteks integrasi antara science dan agama, walaupun program ini belum bisa terlihat efektivitasnya karena memang baru pertama kali dilakukan namun satu hal yang pasti bahwa program ini meruakan salah satu jawaban alternatif untuk meningkatkan kepribadian ulil albab.

Penulis berpendapat bahwa kepribadian ulul albab sebagai jargon yang dipraktikan dalam kegiatan pendidikan di UIN Malang bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat kemampuan menghadapi tantangan, bukti empirik menunjukkan hubungan yang tidak terlalu besar artinya masih ada faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kemamapuan menghadapi tantangan baik yang sifatnya internal seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan lain sebagainya maupun juga yang sifatnya eksternal seperti latar belakang keluarga, suasana tempat tinggal, pengalaman pendidikan sebelumnya dan lain sebagainya. Faktor-faktor itulah yang mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi para peneliti lebih lanjut yang tertarik dan berminat untuk memperbaiki dan menyempurnakan hasil penelitian ini.

Daftar Pustaka

Aziz, Rahmat, 2006, Alternatif pengukuran Kepribadian Ulul Albab, Psikoislamika, Vo.3, No.1, 1-18

Aziz, Rahmat, 2006, Pengembangan Kepribadian Ulul Albab Pada Mahasiswa UIN Malang, (Laporan Penelitian), Malang: Lembaga Penelitian & Pengembangan UIN Malang

Aziz, Rahmat & Mangestuti, Retno, 2006, Tiga Jenis kecerdasan dan Agresivitas Mahasiswa, Psikologika, no.21 tahun XI, 64-77

Bastaman, Hanna Djumhana, 1996, Logotherapi, Mengembangkan Hidup Bermakna, Jakarta: Paramadina

Chaplin, C.P., 1993, Kamus Psikologi (Terjemah Kartini Kartono), jakarta: Raja Grafindo Persada
Mufita, Riska, 2004, Pengaruh Adversity Quotient dan Emotional Quotient Terhadap Kecemasan Menghadapi Persaingan Kerja, (Skripsi) Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang

Muhaimin, 2003, Penyiapan Ulul Albab, Pendidikan Alternatif masa Depan, el-Hikmah, Jurnal Pendidikan Fakultas Tarbiyah, Vol.1 No.1, 20

Mujib, Abdul, 2005, Psikologi Kepribadian Islam, jakarta: Rajawali Press

Mulyadi & Mufita, Riska, 2006, Pengaruh Adversity Quotient dan Emotional Quotient Terhadap Kecemasan Menghadapi Persaingan Kerja, Psikoislamika, Edisi Januari, Vo.3, No.1, 33-49

Ridho, Ali, 2006, Validasi Struktual, Convirmatory Factor Analysis Pada Model Pengukuran Ulul Albab, Psikoislamika, Edisi Juli, Vo.3, No.2

Suprayogo, Imam, 2004, Tarbiyah Ulul Albab: Dzikir, Fikr, dan Amal Shaleh, Malang: Universitas Islam Negeri Malang

Stoltz, Paul, G., 2000, Adversity Quotient, Turning obstacles into opportunities, New York: Willey

Tidak ada komentar: