My Family

Jumat, 19 Desember 2008

Membangun Psikologi Islami

MEMBANGUN PSIKOLOGI ISLAMI

Oleh:
Rahmat Aziz, M.Si

Dipublikasikan pada jurnal:
Psikoislamika, Jurnal Psikologi dan Keislaman,
Vol 1, No 1, Januari 2004




Abstract.
It is the fact, that the thought of western psychology has expand speedy, and adopted by many scholars, include us. However, it does not mean that there is no flawed in western psychology. For instance, Freud’s psychoanalysis is considered over simplified and cannot explain some problems such as fitrah in Islam, John Lock’s behaviorist did not admit human intrinsic potencies which empirically cannot be denied, in addition, humanistic of Maslow have ignored factor and the role of God in the human life.
Islamic psychology comes into being to respond for the lack of western psychology theories. There are two ways in developing Islamic psychology; praxis and theoretic. Praxis method means developing Islamic psychology based on what have been developed by western psychology then we filter it and search the legitimacy for it; meanwhile, theoretic method means developing Islamic psychology based on the teaching and resources of Islamic knowledge itself.
Keyword: Psychology, Western, and Islam.


Pengantar
Ada perbedaan cukup tajam antara Ziauddin Sardar dan Ismail Raji al-Faruqi tentang gerakan Islamisasi ilmu. Menurut Sardar, islamisasi harus berangkat dari pandangan dunia (world view) yang Islami dan paradigma keilmuannya, sedang bagi Faruqi gerakan Islamisasi dimulai dari adanya kritik terhadap ilmu-ilmu modern dengan menggunakan Islam sebagai analisisnya, setelah itu baru diadakan sintesis. Kedua pandangan diatas mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Pandangan pertama sangat ideal dalam tatanan teoritis tapi lemah dalam aplikasi karena memerlukan waktu yang sangat lama, sedangkan pandangan kedua unggul dalam aplikasi karena bisa langsung menjawab persoalan-persoalan umat saat ini tapi lemah dalam dataran teoritis karena bisa terjebak dalam gerakan westernisasi ilmu.
Menurut Djamaluddin Ancok & Fuad Nashori, dari kedua pandangan diatas diperkirakan pandangan kedualah yang akan memenangkan pertarungan. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya kalangan ilmuwan yang sudah melakukan seperti saran Faruqi. Salah satu diantaranya adalah kalangan ilmuwan psikologi. Para ilmuwan psikologi saat ini merasakan adanya beberapa kelemahan mendasar dari teori-teori psikologi modern sehingga perlu mengajukan satu alternatif psikologi. inilah yang kemudian memuncul alternatif psikologi Islami.

Kritik Terhadap Psikologi Modern
Kritik merupakan bagian dari sikap ilmiah yang melekat pada diri ilmuwan. Ilmuwan sebagai penemu, penguasa, pengembang, pengendali, dan peramal sains, tidak boleh tidak harus membuka diri untuk di kritisi sekaligus mengkritisi. Ilmuwan sebenarnya sudah kehilangan makna keilmuwannya jika sudah tidak memiliki semangat mengkritisi atau tidak tahan dikritisi. Begitu juga teori sebuah ilmu, termasuk teori psikologi modern, akan kehilangan dinamikanya ketika menutup diri dari kritikan.
Dalam sejarah perkembangan psikologi terlihat bahwa lahirnya teori psikologi yang kemudian disusul teori psikologi yang lain adalah karena semangat mengkritik, yaitu mengkritik teori psikologi yang lama untuk kemudian membangun teori psikologi yang baru. Ini sesuai dengan pendapat Kuhn bahwa gelombang revolusi ilmu pengetahuan selalu ditandai oleh pergeseran dan penggantian dominasi paradigma ilmu yang berlaku. Karena itu, menjadi suatu hal yang sangat urgen untuk segera melakukan kritik terhadap teori-teori psikologi modern kemudian memberikan solusi alternatif.
Kerlinger menyatakan bahwa salah satu fungsi sebuah teori adalah sebagai penjelas. Artinya teori tersebut diharapkan mampu memberikan penjelasan terhadap suatu fenomena yang ada, baik berupa hubungan sebab-akibat (kausalitas) atau hubungan yang non sebab-akibat (nir-kausalitas). Suatu teori akan runtuh ketika ia tidak mampu lagi memberikan penjelasan terhadap fenomena yang ada. Demikian juga dalam bidang psikologi. Saat ini banyak fenomena yang tidak mampu lagi dijelaskan dari sudut pandang teori psikologi modern. Untuk menjawab kenyataan diatas, keberadaan teori psikologi yang baru menjadi mutlak diperlukan.
Berbicara tentang psikologi modern, setidaknya ada tiga aliran besar yang biasa dijadikan rujukan. Semua aliran itu lahir di Barat, sehingga menurut Nashori, pola pikir (mode of thought) yang digunakannya juga adalah masyarakat Barat. Jika teori-teori tersebut digunakan untuk menganalisis masyarakat non-Barat (Islam), adanya bias-bias menjadi tidak terelakkan. Kritis atas kelemahan psikologi Barat seprti itu sudah banyak disampaikan, baik oleh kalangan mereka sendiri seperti Ruth Benedict, atau dari kalangan lain.

Kritik Atas Aliran Psikoanalisis.
Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud. Menurutnya, kehidupan manusia ditentukan oleh adanya dorongan-dorongan id (ego) yang bertujuan untuk memuaskan kesenangan (the principle of pleasure). Ego ini sangat ditentukan oleh masa lalunya, khususnya ketika masih balita, sedang hati nurani (super ego) muncul karena adanya interaksi individu dengan lingkungan sosialnya.
Teori Freud tentang dorongan id (libido sexual) termasuk salah satu teori yang mendapat kritik keras karena dianggap terlalu menyederhanakan kompleksitas hidup seseorang. Apalagi jika dilihat dari perspektif Islam, teori ini tidak akan mampu menjelaskan kebutuhan manusia untuk beragama yang dalam ajaran Islam diyakini bahwa manusia punya kecenderungan untuk beragama (fithrah) sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi, Setiap manusia yang lahir ke dunia membawa bekal fithrah (sikap bertauhid), (HR. Bukhari).
Pandangan Freud yang menyatakan bahwa manusia sangat dipengaruhi masa lalunya juga perlu dikritik. Menurut Freud, untuk memahami perilaku seseorang pada saat ini, kita harus merujuk kehidupannya di masa kecil. Pendapat ini mempunyai kelemahan yang sangat mendasar karena hidup seseorang berarti menjadi determinist yang akhirnya meyebabkan fatalism. Jika kehidupan masa kecilnya tidak baik, maka masa depannya tidak akan jauh berbeda, sehingga seolah-olah tidak ada lagi harapan pada manusia untuk berkembang kearah yang lebih baik. Islam sangat berbeda dengan pandangan diatas. Meski Islam menekankan arti pentingnya masa kanak-kanak, tapi itu bukan segalanya karena masih ada proses yang terus berlangsung untuk menuju kesempurnaan hidup. Islam adalah suatu agama yang memberikan kebebasan pada manusia untuk berbuat sesuai dengan kehendaknya, dengan catatan bahwa semua itu akan diminta pertanggung jawaban.

Kritik Atas Aliran Behavioristik.
Tokoh aliran behavioris diantaranya adalah Watson, Pavlov, Skinner dan Thorndike. Aliran ini dipengaruhi oleh filsafat empiris yang disponsori oleh John Lock. Aliran ini memandang bahwa manusia dilahirkan bagaikan sebuah kertas putih yang tidak ada tulisan apapun. lingkunganlah yang mengisi bentuk dan corak dari kertas tersebut. Berdasarkan pandangan ini kaum behavioris berpendapat bahwa manusia dalam kehidupannya akan berkembang sesuai dengan stimulus yang diterima dari lingkungannya.
Kritik yang diajukan atas aliran ini adalah hilangnya potensi manusia yang ada pada tiap individu. Kenyataanya, manusia lahir dengan potensi ciri khasnya sendiri yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan inilah yang dilupakan oleh kaum behavioris. Kritik lain adalah kecenderungannya untuk mereduksi nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini terlihat dari cara kaum behavioris memperlakukan seorang anak. Mereka beranggapan bahwa seorang anak akan berperilaku (memberikan respon) sesuai dengan stimulus yang diberikan. Ini berarti manusia dianggap sebagai sebuah mesin sehingga teorinya bersifat mekanistis.

Kritik Atas Aliran Humanistik
Aliran humanistik muncul karena adanya ketidak percayaan terhadap kaum psikoanalisis dan behavioristik. Tokoh yang dianggap sebagai figur aliran ini adalah Maslow, Rogers, dan lain-lain. Dalam beberapa hal, aliran ini tampak sesuai dengan ajaran Islam karena sangat apresiatif terhadap keunikan pribadi, penghayatan subjektifitas, adanya rasa tanggung jawab dan yang paling penting adanya kemampuan pada manusia untuk melakukan aktualisasi diri. Salah satu aliran humanistik yang dikembangkan Victor Frankl dianggap sebagai aliran yang sesuai dengan ajaran Islam.
Namun, itu tidak berarti bahwa aliran ini lepas dari kritik. Kelemahan utama aliran ini justeru terletak pada pandangannya yang terlalu optimistik terhadap manusia itu sendiri yang keadaan ini pada gilirannya akan menyebabkan manusia dianggap menjadi penentu terhadap kehidupannya. Ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menyatakan bahwa Tuhanlah yang Maha menentukan, meski manusia mempunyai kuasa usaha.
Dengan demikian, perbedaan mendasar antara aliran humanistik dengan Islam terletak pada pandangannya terhadap manusia. Humanistik beranggapan over optimistik dalam memandang manusia sedang Islam memandang manusia dengan optimist proportional, yang berarti bahwa selain mempunyai kemampuan luhur manusia juga mempunyai keterbatasan sehingga selalu ada tempat kembali dalam hidupnya.

Psikologi Islami Sebagai Alternatif
Uraian diatas menunjukkan bahwa aliran psikologi dewasa ini mempunyai kelemahan mendasar sehingga jika digunakan untuk menjelaskan masalah yang muncul kemungkinan terjadi bias. Keadaan seperti ini tentu harus dicarikan alternatif yang bisa menggantikan kedudukannya, yaitu Psikologi Islami. Kenapa psikologi Islami dan bukan psikologi yang lain? Hal ini sangat tergantung pada siapa pengguna dari ilmu tersebut. Mungkin akan lahir psikologi-psikologi yang lain, Psikologi Kristiani, misalnya. Hal ini sah secara keilmuan. Hanya saja, Psikologi Islami lahir didasarkan atas kenyataan bahwa Islam mempunyai konsep-konsep tersendiri dan berbeda dari yang lainnya. Menurut Kuntowijaya, konsep ini bersumber dari al-Quran, al-Hadits, dan khasanah keilmuan Islam yang lain.
Ada dua pendapat tentang pengertian dari Psikologi Islami itu sendiri. Pendapat pertama mengatakan bahwa psikologi Islami adalah suatu corak (aliran) psikologi yang dihasilkan dari filterisasi terhadap teori-teori psikologi modern, sementara pandangan kedua menyatakan bahwa psikologi Islami adalah suatu aliran psikologi yang dibangun atas dasar konsep-konsep yang ada dalam sumber-sumber ajaran Islam.
Cara pertama, punya keuntungan yang sangat praktis dan bisa digunakan dalam waktu yang singkat, karena hanya dengan mengkritisi teori-teori yang ada (menambah, membuang, mencocokkan) dengan teori-teori yang bersumber dari ajaran Islam, maka jadilah konsep psikologi Islami. Kelemahannya, kemungkinan akan terjadi bias dalam proses pembentukan konsep-konsep yang baru.
Cara kedua, punya keuntungan dalam kematangan suatu konsep karena memang berawal dari sumber utama dari ajaran Islam. Caranya adalah dengan menghadirkan suatu konsep baru dari ajaran Islam kemudian melakukan penelitian ilmiah. Cara ini butuh waktu untuk segera menemukan konsep baru, padahal konsep tersebut sudah sangat urgen untuk segera ditampilkan. Karena itu, akhirnya diambil perpaduan antara keduanya, sehingga yang disebut psikologi Islami adalah suatu corak psikologi dalam pengertian pertama untuk jangka pendek, dan pengertian kedua kedua untuk jangka waktu panjang.
Untuk membangun sebuah Psikologi Islami sebagai sebuah disiplin keilmuan tentu masih banyak yang harus dilakukan dan diperjuangkan, karena adanya tantangan eksternal (para ahli psikologi yang bukan beragama Islam) dan internal (para ahli psikologi yang beragama Islam) yang belum tentu sepakat dengan faham ini. Namun, terlepas dari polemik diatas, penulis beranggapan bahwa psikologi Islami sangat mungkin bisa dimunculkan ke permukaan dengan catatan ada usaha dan komitmen dari para ahli psikologi dan ahli agama untuk terus mengembangkannya sehingga psikologi islami benar-benar lahir sebagai rahamatan lil’alamin.

Pustaka

Ancok, D., & Nashori, F., 1994, Psikologi Islami, Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Faruqi, I.R., 1982, Islamization of Knowledge, General Principles & Workplan, Virginia: International Institute of Islamic Thought

Kuhn, T., 1970, The Structure of Scientific Revolution, Chicago: The University of Chicago Press

Kuntowijoyo, 1991, Paradigma Islam, Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Mizan

Nashori, F., 1994, Membangun Paradigma Psikologi Islami, Yogyakarta: Sipress

Sardar, Z., 1986, Masa Depan Islam, (terjemahan), Bandung: Pustaka Salman


5 komentar:

Muhammad Arief (maung) mengatakan...

Assalamualaikum pak aziz. Salam kenal. Saya sebagai seorang muslim tentu saja senang dengan adanya psikologi islami, tetapi saya melihat ada banyak kekurangan dalam psikologi islami. Kritikan utama yaitu pertama psikologi islami dibangun atas dogma agama yang lebih bersifat sosiologis (kecuali spiritualitas agama seperti sufisme, yoga, zen, dsb karena lebih menggali pengalaman2 spiritual dibandingkan hanya mendukung dogma agama sehingga bersifat psikologis mengacu pada Charles Tart"psikolog transpersonal & parapsikolog".). Kedua, belum mempunyai metodologi penelitian yang kongkrit.
Sementara itu dulu komentar dari saya, terima kasih.

Dr. Rahmat Aziz, M.Si mengatakan...

Makasih atas komentarnya, Benar Mas Arif, bahwa salah satu masalah serius yang sekarang sedang dikaji para peminat psikologi islami adalah masalah metodologi. Mudah2an akan ditemukan metode yang tepat untuk mengembangkan dan membuktikan bahwa psikologi islami adalah salah satu aliran psikologi yang bisa digunakan untuk kemaslahatan umat. syukron.

Muhammad Arief (maung) mengatakan...

Mudah-mudahan terwujud dan pak rahmat aziz sebagai salah satu pionir metodologi penelitian psikologi islami amiin

DR.Amie Primarni mengatakan...

Assalamualaikum, mengingat psikologi Islam nantinya akan melahirkan Teori-teori pendidikan yang juga Islam, maka seyogjanya kajian ini juga mensinergikan dengan pendidikan Islam untuk melahirkan Teori-teori Belajar Islam, Strategi, Metode dan Model Pembelajaran Islam, yang jelas berbeda sejak dari fondasi hingga praksis. Kalau saya lihat kita telah kehilangan Grand Theory Islam sehingga kita masih sulit untuk membangun konsep, dan teori Islam - baik bidang Psikologi-pendidikan - ekonomi dll. Seharusnya kita upayakan dulu Grand Theory Islamnya, sehingga kita punya bangunan ilmu yang kokoh.Wassalam. Amie

Anonim mengatakan...

asslamu'alaikum,
saya mau tanya kalau untuk aplikasi psikologi islami khususnya di bidang perkembangan apa yaa?
terimakasih